Washington (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry dan timpalannya dari Rusia Sergei Lavrov membahas peredaan konflik kedua negara dalam operasi melawan Negara Islam (ISIS) di Suriah dalam percakapan telepon, Kamis (8/10).
Kerry dan Lavrov "berbicara mengenai pentingnya bergerak maju ke
arah pembahasan taktis dan dialog ke arah sasaran meredakan konflik, dan
untuk menghindari kesalahpahaman, terutama di udara", kata Juru Bicara
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat John Kirby dalam satu taklimat.
Namun, "tak ada keputusan tingkat taktis" yang dicapai selama percakapan
telepon 30-menit tersebut, tambah Kirby seperti dilansir kantor berita Xinhua.
Ketika berbicara mengenai apakah percakapan Washington-Moskow
mengenai Suriah itu akan bergerak maju, Kirby mengatakan, "Saya kira
kami tak berada pada titik dimana ada modalitas yang berat dan
cepat mengenai bagaimana proses itu akan terlihat."
"Menteri Luar Negeri kembali menyampaikan keprihatinan kita mengenai berlebihnya sasaran yang dibidik oleh pasukan militer Rusia yang tak berkaitan dengan ISIL," kata Kirby, menggunakan nama lain kelompok Negara Islam.
Kerry, yang skeptis dengan niat Rusia di Suriah, pekan lalu mengatakan bahwa "kami akan sangat prihatin jika Rusia menyerang sasaran yang bukan merupakan daerah operasi ISIL dan cabang Al-Qaida".
Rusia berkeras bahwa operasi militernya di Suriah hanya ditujukan kepada pelaku teror.
Kedua pejabat itu juga berbicara mengenai masalah Ukraina selama percakapan telepon mereka.
Kerry "kembali mengangkat Kesepakatan Minsk dan pentingnya bergerak ke arah penerapan penuh Kesepakatan Minsk", kata Kirby.
Kirby mengatakan ia tak bisa mengkonfirmasi laporan bahwa rudal Rusia telah jatuh di Iran.
"Saya melihat laporan-laporan itu tapi saya tidak berada pada posisi untuk mengkonfirmasi semua itu pada saat ini," katanya.(Uu.C003)
AS-Rusia bahas peredaan konflik di Suriah
9 Oktober 2015 08:00 WIB
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry (kanan) dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov bertemu disela sidang Kerjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Beijing, Sabtu (8/11). (REUTERS/Nicholas Kamm)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015
Tags: