Bayi di Palembang meninggal diduga idap ISPA akibat asap
8 Oktober 2015 14:29 WIB
Dokumentasi sejumlah ibu bermain dengan bayinya di ruang Posko Evakuasi Balita karena terpapar kabut asap, di aula Kantor Wali Kota Pekanbaru, di Pekanbaru, Riau, Rabu (7/10). Lima bayi dan satu orang balita masih bertahan di posko evakuasi karena kualitas udara di Pekanbaru masih berada pada level berbahaya dan tidak sehat. Solidaritas masyarakat melalui berbagai media dan saluran makin mengkristal mendesak pemerintah bertindak cepat dan fokus mengatasi kebakaran hutan dan lahan. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)
Palembang (ANTARA News) - Seorang bayi, M Husien Saputra berusia 28 hari, warga Kota Palembang, meninggal dunia diduga terkena infeksi saluran pernapasan akut, di RS Muhammadiyah Palembang, Rabu (7/10).
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, Lesty Nuraini, kepada wartawan di Palembang, Kamis mengatakan, belum bisa menyebut penyebab bayi itu meninggal karena masih menunggu hasil pemeriksaan tim dokter.
Akan tetapi, kata dia, berdasarkan informasi, bayi itu sebelumnya terinfeksi radang paru, dan mungkin saja penyebabnya karena paparan asap kebakaran hutan dan lahan. "Yang jelas dugaan itu perlu pembuktian lebih lanjut," katanya.
Sebelumnya, 18 bayi di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, dirawat intensif di rumah sakit umum daerah akibat terpapar berap asap kebakaran hutan dan lahan.
"Hingga saat ini RSUD sudah menangani puluhan anak-anak dan bayi yang terkena dampak kebakaran lahan dan hutan," kata Kepala Bidang PMK Dinas Kesehatan Kuantan Singingi, Detri Elvira, di Teluk Kuantan, Kamis.
Bayi dan anak-anak, katanya, lebih beresiko tinggi terhadap paparan asap kebakaran hutan dan lahan ketimbang orang dewasa. "Kami berikan pelayanan maksimal," sebutnya.
Menurut dia, beberapa bayi masuk ruangan ICU karena harus diberi bantuan pernafasan bahkan ada bayi baru berumur 11 bulan dirawat.
"Jika ke depan masih rawan asap, maka tidak menutup kemungkinan jumlah anak yang berobat bertambah," kata dia.
Kepala Dinas Kesehatan Sumatera Selatan, Lesty Nuraini, kepada wartawan di Palembang, Kamis mengatakan, belum bisa menyebut penyebab bayi itu meninggal karena masih menunggu hasil pemeriksaan tim dokter.
Akan tetapi, kata dia, berdasarkan informasi, bayi itu sebelumnya terinfeksi radang paru, dan mungkin saja penyebabnya karena paparan asap kebakaran hutan dan lahan. "Yang jelas dugaan itu perlu pembuktian lebih lanjut," katanya.
Sebelumnya, 18 bayi di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, dirawat intensif di rumah sakit umum daerah akibat terpapar berap asap kebakaran hutan dan lahan.
"Hingga saat ini RSUD sudah menangani puluhan anak-anak dan bayi yang terkena dampak kebakaran lahan dan hutan," kata Kepala Bidang PMK Dinas Kesehatan Kuantan Singingi, Detri Elvira, di Teluk Kuantan, Kamis.
Bayi dan anak-anak, katanya, lebih beresiko tinggi terhadap paparan asap kebakaran hutan dan lahan ketimbang orang dewasa. "Kami berikan pelayanan maksimal," sebutnya.
Menurut dia, beberapa bayi masuk ruangan ICU karena harus diberi bantuan pernafasan bahkan ada bayi baru berumur 11 bulan dirawat.
"Jika ke depan masih rawan asap, maka tidak menutup kemungkinan jumlah anak yang berobat bertambah," kata dia.
Pewarta: Ujang Idrus
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: