Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore bergerak menguat sebesar 268 poin menjadi Rp14.243 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp14.511 per dolar AS.

"Penguatan dolar AS terhenti sejak menyusul sinyal kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (Fed fund rate) cenderung mereda seiring dengan beberapa data ekonomi disana melambat," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, menurunnya beberapa data ekonomi AS yang menjadi indikator the Fed untuk menaikan suku bunga membuat sebagian pelaku pasar beropini bahwa Fed kemungkinan baru akan menaikan suku bunga acuannya pada tahun depan.

"Proyeksi kenaikan suku bunga Amerika Serikat yang ditunda membuat dolar AS menjadi kurang menarik bagi investor pasar uang," katanya.

Menurut dia, di tengah situasi seperti ini investor memanfaatkan untuk mengambil kesempatan di pasar negara berkembang mengingat mata uangnya sedang mengalami depresiasi, termasuk rupiah.

Ia menambahkan bahwa Presiden RI Joko Widodo yang meminta perusahaan energi negara PT Pertamina untuk mengkalkulasi kembali harga bahan bakar minyak untuk kendaraan bermotor sebagai bagian dari paket stimulus tahap III menambah sentimen positif bagi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

"Investor kembali memasuki pasar seiring membaiknya sentimen. Stimulus tahap selanjutnya, dengan penyesuaian harga bahan bakar, kemungkinan akan memicu laju pertumbuhan dan konsumsi, tambahnya," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa (6/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp14.382 dibandingkan hari sebelumnya (5/10) Rp14.604.