BMKG: kabut asap Riau terus memburuk
6 Oktober 2015 10:39 WIB
Asap Palangkaraya Sebuah perahu melintas di Sungai Siak yang dipenuhi kabut asap kebakaran hutan dan lahan di Pekanbaru, Riau, Senin (5/10). Kabut asap yang masih terus menyelimuti Pekanbaru dan sekitarnya membuat aktivitas pelayaran dan penerbangan masih belum normal karena terbatasnya jarak pandang. (ANTARA FOTO/Rony Muharrman)
Pekanbaru (ANTARA News) - Badan Metereologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru merilisi kabut asap akibat kebakaran lahan dan hutan yang menyelimuti sejumlah wilayah di Riau terus memburuk yang mengakibatkan jarak pandang berkisar 50 meter.
Berdasarkan data yang diterima Antara pada Selasa pukul 07.00 WIB jarak pandang di Pelalawan berkisar 50 meter, sementara di Pekanbaru dan Kota Rengat Kabupaten Indragiri Hulu berkisar 100 meter serta Kota Dumai berkisar 200 meter.
"Ini merupakan kabut asap terburuk dan terlama sepanjang sejarah Riau," kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru Sugarin di Pekanbaru.
Kabut asap pekat tersebut turut terpantau di wilayah Pulau Bengkalis yang berada di Selat Malaka dan wilayah Kabupaten Siak. Berdasarkan data BMKG, hanya terpantau satu titik api di Riau yakni di Kabupaten Indragiri Hilir.
Sementara kabut asap pekat ini disinyalir merupakan kiriman dari Provinsi Sumatera Selatan mengingat pada Selasa ini terpantau 360 titik panas dari total 384 titik yang terdeteksi di Sumatera.
Titik panas lainnya turut terpantau di Jambi dengan 10 titik, Lampung lima titik, Sumatera Barat enam titik, Bangka Belitung dua titik.
Sugarin menjelaskan bahwa kabut asap yang menyelimuti wilayah Riau telah terjadi selama tiga bulan lamanya. Sempat hilang beberapa hari namun terus kembali lagi.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau Edwar Sanger kepada Antara beberapa waktu lalu mengatakan bahwa asap di Riau akan segera hilang jika penanganan serius di sektor "Hulu" bisa ditangani serius.
"Kabut asap ini adalah kiriman dan akan terus terjadi jika di sumber asapnya tidak ditangani serius," ujarnya.
Di Riau sendiri penanganan kabut asap terus digalakkan. Dari sisi penegakan hukum Polda Riau telah menetapkan 58 tersangka pembakar lahan dan mendalami 18 korporasi yang diduga membakar lahan. Sementara itu hingga hari ini puluhan ribu masyarakat Riau terjangkit Infeksi Saluran Pernafasan Akut akibat asap tidak kunjung membaik.
Berdasarkan data yang diterima Antara pada Selasa pukul 07.00 WIB jarak pandang di Pelalawan berkisar 50 meter, sementara di Pekanbaru dan Kota Rengat Kabupaten Indragiri Hulu berkisar 100 meter serta Kota Dumai berkisar 200 meter.
"Ini merupakan kabut asap terburuk dan terlama sepanjang sejarah Riau," kata Kepala BMKG Stasiun Pekanbaru Sugarin di Pekanbaru.
Kabut asap pekat tersebut turut terpantau di wilayah Pulau Bengkalis yang berada di Selat Malaka dan wilayah Kabupaten Siak. Berdasarkan data BMKG, hanya terpantau satu titik api di Riau yakni di Kabupaten Indragiri Hilir.
Sementara kabut asap pekat ini disinyalir merupakan kiriman dari Provinsi Sumatera Selatan mengingat pada Selasa ini terpantau 360 titik panas dari total 384 titik yang terdeteksi di Sumatera.
Titik panas lainnya turut terpantau di Jambi dengan 10 titik, Lampung lima titik, Sumatera Barat enam titik, Bangka Belitung dua titik.
Sugarin menjelaskan bahwa kabut asap yang menyelimuti wilayah Riau telah terjadi selama tiga bulan lamanya. Sempat hilang beberapa hari namun terus kembali lagi.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Riau Edwar Sanger kepada Antara beberapa waktu lalu mengatakan bahwa asap di Riau akan segera hilang jika penanganan serius di sektor "Hulu" bisa ditangani serius.
"Kabut asap ini adalah kiriman dan akan terus terjadi jika di sumber asapnya tidak ditangani serius," ujarnya.
Di Riau sendiri penanganan kabut asap terus digalakkan. Dari sisi penegakan hukum Polda Riau telah menetapkan 58 tersangka pembakar lahan dan mendalami 18 korporasi yang diduga membakar lahan. Sementara itu hingga hari ini puluhan ribu masyarakat Riau terjangkit Infeksi Saluran Pernafasan Akut akibat asap tidak kunjung membaik.
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015
Tags: