WWF dorong forum kolaborasi jaga penyu belimbing
5 Oktober 2015 19:46 WIB
Dokumen foto tukik penyu belimbing (Dermochelys coriacea) di Papua. (REUTERS/Ricardo Tapilatu/University of Alabama at Birmingham (UAB) and the Universitas Negeri Papua-Unipa)
Sentani (ANTARA News) - Lembaga swadaya masyarakat internasional untuk konservasi dan penelitian lingkungan hidup World Wide Foundation (WWF) di Sentani, Kabupaten Jayapura, Papua, mendorong forum kolaborasi untuk menjaga penyu belimbing (Dermochelys coriacea) di Pantai Jamursba Medi di Warmon.
"Forum itu langsung ditetapkan oleh surat keputusan Bupati Sorong," kata Direktur Program WWF Benja Victor Mambai di Sentani, Senin.
Forum kolaborasi terdiri atas para pihak meliputi pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan perguruan tinggi, sehingga diharapkan menjaga sekaligus mengelola habitat penyu belimbing di Pantai Jamursba Medi, pantai bagian utara Papua.
Sejak 2011 WWF bekerja sama dengan Universitas Negeri Papua (Unipa) Manokwari, Papua Barat, dan beberapa lembaga lain untuk mengawasi penyu belimbing.
Unipa Manokwari bersama WWF juga membuat wilayah yang mengatur daerah-daerah yang boleh dimanfaatkan dan yang tidak boleh dimanfaatkan oleh masyarakat.
Benja menuturkan, WWF hanya membantu dari aspek kebijakan dan perluasan kawasan, dan membantu mendorong pemerintah dari status kebijakan hukum untuk didorong menjadi kawasan perlindungan.
Jamursba Medi sebelumnya termasuk kawasan marga satwa dalam Kementerian Kehutanan yang kini menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
"Tetapi, saat ini didorong menjadi kawasan pesisir, sehingga wilayah Jamursba Medi berada di bawah pengawasan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)," katanya.
Penyu belimbing juga dikenal bernama leatherback sea turtle karena tercatat sebagai penyu terbesar di dunia.
Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), penyu belimbing termasuk berkategori rentan (vulnerable).
"Forum itu langsung ditetapkan oleh surat keputusan Bupati Sorong," kata Direktur Program WWF Benja Victor Mambai di Sentani, Senin.
Forum kolaborasi terdiri atas para pihak meliputi pemerintah, masyarakat, lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan perguruan tinggi, sehingga diharapkan menjaga sekaligus mengelola habitat penyu belimbing di Pantai Jamursba Medi, pantai bagian utara Papua.
Sejak 2011 WWF bekerja sama dengan Universitas Negeri Papua (Unipa) Manokwari, Papua Barat, dan beberapa lembaga lain untuk mengawasi penyu belimbing.
Unipa Manokwari bersama WWF juga membuat wilayah yang mengatur daerah-daerah yang boleh dimanfaatkan dan yang tidak boleh dimanfaatkan oleh masyarakat.
Benja menuturkan, WWF hanya membantu dari aspek kebijakan dan perluasan kawasan, dan membantu mendorong pemerintah dari status kebijakan hukum untuk didorong menjadi kawasan perlindungan.
Jamursba Medi sebelumnya termasuk kawasan marga satwa dalam Kementerian Kehutanan yang kini menjadi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
"Tetapi, saat ini didorong menjadi kawasan pesisir, sehingga wilayah Jamursba Medi berada di bawah pengawasan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP)," katanya.
Penyu belimbing juga dikenal bernama leatherback sea turtle karena tercatat sebagai penyu terbesar di dunia.
Menurut International Union for Conservation of Nature (IUCN), penyu belimbing termasuk berkategori rentan (vulnerable).
Pewarta: Feronike Rumere
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015
Tags: