Sebulan penerbangan ke Muara Teweh terhenti
2 Oktober 2015 11:13 WIB
Perahu bermotor melintas di sekitar Jembatan KH Hasan Basri Sungai Barito yang diselimuti kabut asap di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah. Pemerintah setempat menaikan status Kalimantan Tengah menjadi darurat kabut asap. (ANTARA FOTO/Kasriadi)
Muara Teweh (ANTARA News) - Penerbangan pesawat dari dan ke Bandara Beringin di Muara Teweh, Kalimantan Tengah terhenti sejak satu bula terakhir akibat kabut asap yang melanda daerah tersebut.
"Penerbangan batal sejak Jumat (4/9) lalu dan hingga saat ini masih terhenti akibat kabut asap," kata seorang petugas Bandara Beringin, Akhmad Sidik di Muara Teweh, Jumat.
Meski kabut asap di Muara Teweh pada Jumat (2/10) ini berkurang dengan jarak pandang sekitar 2.000 meter, namun penerbangan dengan tujuan Palangka Raya dan Balikpapan, Kalimantan Timur belum bisa dilakukan karena masih diselimuti kabut asap tebal. "Kabut asap di Muara Teweh menghilang, tapi di kota tujuan masih dilanda kabut asap tebal," kata dia.
Sidik mengatakan, maskapai penerbangan yang berhenti adalah Susi Air rute Muara Teweh-Tjilik Riwut Palangka Raya bersubsidi dari pemerintah pusat (APBN). Sepekan tiga kali (Rabu, Jumat, dan Minggu) penerbangan dengan harga tiket dewasa Rp273.300 dan bayi Rp32.730.
Susi Air juga membatalkan rute penerbangan Muara Teweh-Balikpapan dan Muara Teweh-Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Kalimantan Selatan akibat kabut asap melanda wilayah tersebut. Penerbangan ke Banjarmasin dan Balikpapan nonsubsidi dengan harga tiket di atas Rp1 juta juga dibatalkan, kata Sidik.
Penerbangan lainnya yang juga terhenti yaitu pesawat sewa (carter) perusahaan tambang batu bara dan perusahaan gas yang melayani penumpang di antaranya karyawan, tiga sampai empat hari dalam sepekan yakni setiap hari Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu.
Maskapai menggunakan pesawat jenis Twin Otter tersebut antara lain Air Fast, Air Bone dan Hilift masing-masing tujuan Muara Teweh - Bandara Sepinggan Balikpapan, Kalimantan Timur pulang pergi.
"Akibat tidak adanya penerbangan, penerimaan Bandara Beringin berkurang seperti pajak bandara dan pendaratan pesawat. Penerimaan sejumlah biaya pajak penumpang dan pendaratan pesawat terbang minim akibat tidak adanya penerbangan," jelas dia.
Sementara itu, kabut asap pada Jumat pagi mulai menghilang, karena Muara Teweh dan sekitarnya diguyur hujan cukup lebat pada Jumat dinihari.
"Kami bersyukur karena hujan mengguyur daerah ini, sehingga kabut asap hilang. Meski kabut asap masih ada, namun jarak pandang relatif jauh dibanding beberapa hari lalu," kata seorang warga Muara Teweh, Alwandi.
Hujan mengguyur kota Muara Teweh pada Kamis (1/10) tengah malam sekitar pukul 23.45 WIB sampai Jumat (2/10) jam 00.10 WIB. Hujan lebat disertai petir dan angin itu masih terjadi hingga Jumat pagi. Wilayah Muara Teweh terlihat masih gelap karena diselimuti mendung.
"Penerbangan batal sejak Jumat (4/9) lalu dan hingga saat ini masih terhenti akibat kabut asap," kata seorang petugas Bandara Beringin, Akhmad Sidik di Muara Teweh, Jumat.
Meski kabut asap di Muara Teweh pada Jumat (2/10) ini berkurang dengan jarak pandang sekitar 2.000 meter, namun penerbangan dengan tujuan Palangka Raya dan Balikpapan, Kalimantan Timur belum bisa dilakukan karena masih diselimuti kabut asap tebal. "Kabut asap di Muara Teweh menghilang, tapi di kota tujuan masih dilanda kabut asap tebal," kata dia.
Sidik mengatakan, maskapai penerbangan yang berhenti adalah Susi Air rute Muara Teweh-Tjilik Riwut Palangka Raya bersubsidi dari pemerintah pusat (APBN). Sepekan tiga kali (Rabu, Jumat, dan Minggu) penerbangan dengan harga tiket dewasa Rp273.300 dan bayi Rp32.730.
Susi Air juga membatalkan rute penerbangan Muara Teweh-Balikpapan dan Muara Teweh-Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin, Kalimantan Selatan akibat kabut asap melanda wilayah tersebut. Penerbangan ke Banjarmasin dan Balikpapan nonsubsidi dengan harga tiket di atas Rp1 juta juga dibatalkan, kata Sidik.
Penerbangan lainnya yang juga terhenti yaitu pesawat sewa (carter) perusahaan tambang batu bara dan perusahaan gas yang melayani penumpang di antaranya karyawan, tiga sampai empat hari dalam sepekan yakni setiap hari Rabu, Kamis, Jumat dan Sabtu.
Maskapai menggunakan pesawat jenis Twin Otter tersebut antara lain Air Fast, Air Bone dan Hilift masing-masing tujuan Muara Teweh - Bandara Sepinggan Balikpapan, Kalimantan Timur pulang pergi.
"Akibat tidak adanya penerbangan, penerimaan Bandara Beringin berkurang seperti pajak bandara dan pendaratan pesawat. Penerimaan sejumlah biaya pajak penumpang dan pendaratan pesawat terbang minim akibat tidak adanya penerbangan," jelas dia.
Sementara itu, kabut asap pada Jumat pagi mulai menghilang, karena Muara Teweh dan sekitarnya diguyur hujan cukup lebat pada Jumat dinihari.
"Kami bersyukur karena hujan mengguyur daerah ini, sehingga kabut asap hilang. Meski kabut asap masih ada, namun jarak pandang relatif jauh dibanding beberapa hari lalu," kata seorang warga Muara Teweh, Alwandi.
Hujan mengguyur kota Muara Teweh pada Kamis (1/10) tengah malam sekitar pukul 23.45 WIB sampai Jumat (2/10) jam 00.10 WIB. Hujan lebat disertai petir dan angin itu masih terjadi hingga Jumat pagi. Wilayah Muara Teweh terlihat masih gelap karena diselimuti mendung.
Pewarta: Kasriadi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: