Hari Batik, jangan cuma euforia
1 Oktober 2015 19:31 WIB
lustrasi Pekerja menyelesaikan proses pembutan batik colet motif pelangi di kawasan Desa Jeruk Sari, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Selasa (22/9). (ANTARA FOTO/Pradita Utama)
Jakarta (ANTARA News) - Pakar batik Era Soekamto mengatakan perayaan Hari Batik yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober seharusnya jangan hanya dijadikan euforia tanpa makna.
"Sebagai pendalam dan penikmat batik sekaligus pengamat budaya sejarah Indonesia, saya ingin masyarakat mengerti kalau batik itu bisa dinikmati bukan hanya euforia sesaat saja tapi dimaknai," kata Era Soekamto yang juga merupakan Creative Director Irwan Tirta Private Collection di Jakarta, Kamis.
Cara mencintai batik, kata Era, salah satunya adalah dengan tidak membeli batik print. Karena menurutnya, filosofi batik terdapat dalam proses pembuatannya.
"Selain itu, masyarakat harusnya juga memahami arti motif batik, misalnya batik parang itu sakral loh, tentang tauhid, ketuhanan, jadi pemakaiannya harus benar.
Sejak 2 Oktober 2009, UNESCO memasukkan batik ke dalam daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia.
"Sebagai pendalam dan penikmat batik sekaligus pengamat budaya sejarah Indonesia, saya ingin masyarakat mengerti kalau batik itu bisa dinikmati bukan hanya euforia sesaat saja tapi dimaknai," kata Era Soekamto yang juga merupakan Creative Director Irwan Tirta Private Collection di Jakarta, Kamis.
Cara mencintai batik, kata Era, salah satunya adalah dengan tidak membeli batik print. Karena menurutnya, filosofi batik terdapat dalam proses pembuatannya.
"Selain itu, masyarakat harusnya juga memahami arti motif batik, misalnya batik parang itu sakral loh, tentang tauhid, ketuhanan, jadi pemakaiannya harus benar.
Sejak 2 Oktober 2009, UNESCO memasukkan batik ke dalam daftar Representatif Budaya Tak benda Warisan Manusia.
Pewarta: Ida Nur Cahyani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: