Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore bergerak melemah sebesar 23 poin menjadi Rp14.658 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.635 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan mengikuti tren arah mata uang di kawasan Asia. Di tengah kondisi perekonomian global yang belum membaik, dolar AS tampaknya dinilai pelaku pasar sebagai satu-satunya mata uang safe haven," ujar Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk Reny Eka Putri di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, sentimen eksternal masih menjadi penahan bagi nilai tukar rupiah untuk kembali terapresiasi. Apalagi, bank sentral Amerika Serikat (the Fed) juga belum memastikan kapan suku bunga acuannya akan dinaikan.

Ia menambahkan bahwa data manufaktur Tiongkok yang mengalami penurunan serta proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun ini yang juga masih melambat menambah sentimen negatif bagi mata uang rupiah.

Dari dalam negeri, Reny Eka Putri mengatakan bahwa ekonomi Indonesia yang masih akan mengalami perlambatan pada tahun ini juga masih menjadi salah satu faktor sentimen negatif bagi mata uang rupiah.

"Secara fundamental, beberapa sektor usaha di dalam negeri masih mengalami perlambatan seperti pertambangan dan manufaktur," katanya.

Selain itu, lanjut dia, berbagai paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan oleh pemerintah dan Bank Indonesia juga diperkirakan berdampak pada jangka menengah dan panjang, sehingga belum direspon pada saat ini.

"Sentimen positif dari kebijaka pemerintah dan BI serta data ekonomi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa pada September 2015 terjadi deflasi sebesar 0,05 persen, juga belum direspon pasar," katanya.

Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan bahwa faktor eksternal masih menjadi sentimen utama bagi fluktuasi nilai tukar rupiah.

Namun, potensi rupiah kembali menguat masih cukup terbuka menyusul paket kebijakan ekonomi jilid II itu cukup menggiurkan bagi investor untuk masuk ke Indonesia.

"Dampak dari kebijakan pemerintah itu memang tidak akan langsung bagi penguatan rupiah, namun ke depannya rupiah masih positif," katanya.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (1/10) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp14.654 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.657 per dolar AS.