Lebak (ANTARA News) - Kementerian Pertanian Republik Indonesia memberikan apresiasi terhadap ketahanan pangan masyarakat Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten.

"Kita mesti belajar ketahanan pangan kepada masyarakat Baduy, karena mereka hingga kini belum pernah terjadi kelaparan maupun kerawanan pangan," kata Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Budi Gardjita saat mengunjungi kawasan masyarakat Baduy di Kabupaten Lebak, Selasa.

Ketahanan pangan dimulai dari rumah tangga, RT/RW dan dusun, dengan menggunakan lahan di lingkungannya untuk menata produksi pangan dengan memperhatikan pelestarian alam.

Masyarakat Baduy hingga kini berhasil mempertahankan pangan dari hasil bercocoktanam padi huma di ladang-ladang dengan memperhatikan pelestarian tanpa merusak lingkungan alamnya.

"Itu yang saya pelajari masyarakat Baduy memproduksi ketahanan pangan, namun tetap menjaga pelestarian lingkungan alamnya,"

Menurut dia, keberhasilan warga Baduy dapat memproduksi pangan guna meningkatkan kesejahteraan hidupnya dengan menata kelestarian alam itu.

Mereka mengembangkan padi huma dilakukan secara serentak dan memiliki kalender tanam sesuai dengan adat masyarakat Baduy.

Penanaman secara serentak dapat menghindari berbagai serangan hama maupun penyakit pengganggu tanaman.

Masyarakat Baduy menanam padi huma di lahan perbukitan dengan kontur tanah miring atau menaik sejak dari nenek moyangnya itu.

Bahkan, mereka petani Baduy hingga kini tidak menggunakan pestisida maupun pupuk kimia karena bertentangan dengan adat setempat.

Untuk menyuburkan lahan pertanian, kata dia, masyarakat Baduy menggunakan pupuk alami yakni menumbuk daun mengkudu atau kulit jeruk juga kotoran ayam kemudian disebar pada tanaman itu.

"Kami berharap kearifan lokal yang dilestarikan masyarakat Baduy terus dipertahankan guna memenuhi kebutuhan pangan," katanya menjelaskan.

Ia juga mengatakan, andalan ekonomi masyarakat Baduy, selain pangan padi huma juga mengembangkan tanaman pisang, durian, asem keranji dan petai.

Selain itu juga kerajinan tenun, aneka macam souvenir, tas, dan lebah madu hutan.

Pengembangan tanaman tersebut guna memenuhi ketahanan pangan secara mandiri untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Baduy.

Masyarakat Baduy sejak dulu mematuhi terhadap adat, termasuk kearifan lokal yang masih dipertahankan di zaman serba modern ini.

Karena itu, masyarakat Baduy patut diteladani dalam mempertahankan kearifan lokal tersebut.

Misalnya, kata dia, masyarakat Baduy jika musim panen padi huma tidak menjual beras ke luar daerah.

Mereka hasil gabah itu disimpan di lumbung pangan atau rumah leuit yang lokasinya berada di samping rumah.

Lumbung pangan masyarakat Baduy untuk membangun kekuatan pangan juga menandakan kesejahteraan dan kemakmuran anggota keluarga.

"Jika gabah itu semakin banyak maka semakin tinggi taraf hidup keluarga," katanya.

Tetua Adat Baduy yang juga Kepala Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Saija mengatakan semua masyarakat Baduy memiliki lumbung pangan karena kewajiban untuk mempertahankan pangan.

Saat ini, jumlah lumbung pangan di kawasan Baduy sebanyak 405 lumbung dan 475 perajin dengan penduduk 11.600 jiwa terdiri dari laki-laki 5.870 orang dan perempuan 5.750 orang.

Mereka masyarakat Baduy mengandalkan hidupnya bertani dan kerajinan dan hingga kini belum pernah terjadi kerawanan pangan.

Produksi pangan di kawasan Baduy selalu surplus dan melimpah, karena tidak dijual beras itu.

"Kami jika musim panen padi huma tentu gabah disimpan di leuit-leuit itu untuk mempertahankan ketahanan pangan mandiri," katanya.