Rawat batik, ganti kapur barus dengan merica
30 September 2015 20:47 WIB
ilustrasi Produksi Batik Gemawang Sejumlah pekerja mewarnai batik khas Gemawang di Banaran, Gemawang, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Senin (28/9). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)
Jakarta (ANTARA News) - Ada kiat khusus dalam menjaga kain batik agar awet walau bertahun-tahun disimpan dalam lemari, salah satunya adalah mengganti kapur barus dengan bahan alami, yakni merica.
"Saat menyimpan batik, jangan pakai kamper karena itu membuat kain rapuh," kata pegiat batik Indra Tjahjani usai acara "Attack Batik Cleaner" di Jakarta, Rabu.
Biji merica atau akar wangi dapat menjadi pengganti kapur barus. Cukup masukkan salah satunya ke dalam kantung berlubang kecil-kecil seperti jala, kemudian letakkan di dekat kain batik dalam lemari.
Selain itu, bila akan menyimpan kain batik dalam waktu lama, usahakan batik tidak dalam keadaan dilipit atau "diwiru". Kain batik dalam posisi diwiru yang disimpan terlalu lama akan mudah sobek.
Demi menjaga agar kain batik tidak berada dalam keadaan terlalu lembab, sesekali kain harus dikeluarkan dari lemari untuk di angin-anginkan.
"Setidaknya sebulan sekali," kata Pendiri Griya Peni dan penggagas komunitas Mbatik Yuuuk itu.
"Saat menyimpan batik, jangan pakai kamper karena itu membuat kain rapuh," kata pegiat batik Indra Tjahjani usai acara "Attack Batik Cleaner" di Jakarta, Rabu.
Biji merica atau akar wangi dapat menjadi pengganti kapur barus. Cukup masukkan salah satunya ke dalam kantung berlubang kecil-kecil seperti jala, kemudian letakkan di dekat kain batik dalam lemari.
Selain itu, bila akan menyimpan kain batik dalam waktu lama, usahakan batik tidak dalam keadaan dilipit atau "diwiru". Kain batik dalam posisi diwiru yang disimpan terlalu lama akan mudah sobek.
Demi menjaga agar kain batik tidak berada dalam keadaan terlalu lembab, sesekali kain harus dikeluarkan dari lemari untuk di angin-anginkan.
"Setidaknya sebulan sekali," kata Pendiri Griya Peni dan penggagas komunitas Mbatik Yuuuk itu.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: