Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore bergerak melemah sebesar 15 poin menjadi Rp14.635 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.620 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah masih dipengaruhi oleh faktor eksternal terutama mengenai waktu kenaikan suku bunga AS (the Fed) yang belum pasti," ujar Pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta, Rabu.

Ia menambahkan bahwa paket kebijakan ekonomi jilid II yang telah dikeluarkan pemerintah kemarin (Selasa, 29/9) juga diperkirakan belum terlalu direspon oleh pelaku pasar.

"Pasar masih menanti realisasi dari kebijakan pemerintah itu, diharapkan paket kebijakan jilid II itu direspon positif investor sehingga dapat menahan tekanan rupiah lebih dalam," katanya.

Namun, ia meyakini bahwa dalam waktu dekat investor akan merespon positif kebijakan pemerintah itu sehingga potensi rupiah kembali menguat terbuka.

Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Persero (BNI) Ryan Kiryanto menambahkan bahwa salah satu kebijakan jilid II yang memberikan insentif pengurangan pajak bunga deposito kepada eksportir yang menyimpan Devisa Hasil Ekspor (DHE) di perbankan Indonesia dapat membuat likuiditas dolar AS menjadi baik.

"Insentif DHE dalam bentuk keringanan pajak akan membantu ketersediaan dolar AS di dalam negeri, sehingga likuiditas menjadi kuat dan juga dapat membantu cadangan devisa kembali bertambah, ujung-ujungnya berdampak pada stablisasi nilai tukar rupiah," katanya.

Ke depan, ia mengharapkan pemerintah dapat memaparkan hasil implementasi dari paket kebijakan ekonomi jilid I dan II secara rutin agar diketahui publik sehingga pasar dapat memberikan evaluasi, masukan, kritik, dan saran.

Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Rabu (30/9) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp14.657 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp14.728 per dolar AS.