Konsumsi BBM Mercy dan BMW tak sesuai hasil uji lab
30 September 2015 15:40 WIB
Dokumentasi generasi keempat dari C-Class terbaru yang dirakit lokal yakni C 200 Avantgrade, C 250 Exclusive, dan C 250 AMG Serta CLA 45 AMG bersamaan dengan ulang tahun ke-45 Mercedes-Benz di Indonesia, Senin (4/5/2015). (www.antaranews.com/Monalisa)
Jakarta (ANTARA News) - Belum lagi selesai skandal otomotif dari Volkswagen, ternyata beberapa mobil baru, termasuk Mercedes A, C dan E Class, BMW 5 series serta Peugeot 308, mengkonsumsi bahan bakar 50 persen lebih banyak dibandingkan hasil tes laboratorium.
Ini menurut hasil tes terbaru dari Transport and Environment (T&E), yang dilansir baru-baru ini. Kesenjangan antara hasil resmi dan kinerja mobil sebenarnya, semakin banyak ditemukan yang tidak bisa dijelaskan dari berbagai faktor, termasuk manipulasi pengujian.
Meskipun hal ini tidak menjadi bukti dari kekeliruan perangkat yang digunakan untuk uji hemat bahan bakar, mirip dengan yang dipakai Volkswagen, namun pemerintah Uni Eropa harus memperluas penyelidikan terhadap perangkat yang meloloskan uji CO2 dan bensin.
Kesenjangan antara hasil uji resmi CO2 atau konsumsi bahan bakar dan kinerja mobil sebenarnya, meningkat menjadi rata-rata 40 persen pada 2014 dari hanya delapan persen pada 2001, menurut laporan Mind the Gap T&E 2015.
T&E mengatakan, kesenjangan itu telah menjadi jurang dan jika tidak dilaksanakan tindakan, kemungkinan akan tumbuh menjadi rata-rata 50 persen pada 2020.
Dengan mengeksploitasi berbagai celah dalam prosedur uji emisi, mobil konvensional dapat memancarkan emisi CO2 sekitar 40 hingga 45 persen dari hasil yang diukur di laboratorium.
Namun, kesenjangan rata-rata antara hasil uji dan kinerja mobil sebenanrnya, melebihi 50 persen untuk beberapa model mobil.
Mobil Mercedes memiliki kesenjangan rata-rata 48 persen dan model baru A, C dan E Class50 persen lebih. Sementara BMW 5 series dan Peugeot 308 berada di bawah 50 persen.
"Seperti tes polusi udara, sistem pengujian mobil di Eropa untuk mengukur hematnya bahan bakar dan emisi CO2 benar-benar didiskreditkan," kata manajer kendaraan bersih di T&E, Greg Archer.
Ini menurut hasil tes terbaru dari Transport and Environment (T&E), yang dilansir baru-baru ini. Kesenjangan antara hasil resmi dan kinerja mobil sebenarnya, semakin banyak ditemukan yang tidak bisa dijelaskan dari berbagai faktor, termasuk manipulasi pengujian.
Meskipun hal ini tidak menjadi bukti dari kekeliruan perangkat yang digunakan untuk uji hemat bahan bakar, mirip dengan yang dipakai Volkswagen, namun pemerintah Uni Eropa harus memperluas penyelidikan terhadap perangkat yang meloloskan uji CO2 dan bensin.
Kesenjangan antara hasil uji resmi CO2 atau konsumsi bahan bakar dan kinerja mobil sebenarnya, meningkat menjadi rata-rata 40 persen pada 2014 dari hanya delapan persen pada 2001, menurut laporan Mind the Gap T&E 2015.
T&E mengatakan, kesenjangan itu telah menjadi jurang dan jika tidak dilaksanakan tindakan, kemungkinan akan tumbuh menjadi rata-rata 50 persen pada 2020.
Dengan mengeksploitasi berbagai celah dalam prosedur uji emisi, mobil konvensional dapat memancarkan emisi CO2 sekitar 40 hingga 45 persen dari hasil yang diukur di laboratorium.
Namun, kesenjangan rata-rata antara hasil uji dan kinerja mobil sebenanrnya, melebihi 50 persen untuk beberapa model mobil.
Mobil Mercedes memiliki kesenjangan rata-rata 48 persen dan model baru A, C dan E Class50 persen lebih. Sementara BMW 5 series dan Peugeot 308 berada di bawah 50 persen.
"Seperti tes polusi udara, sistem pengujian mobil di Eropa untuk mengukur hematnya bahan bakar dan emisi CO2 benar-benar didiskreditkan," kata manajer kendaraan bersih di T&E, Greg Archer.
Penerjemah: Try Essra
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015
Tags: