Kutai Kartanegara gelar sosialisasi penerapan hujan buatan
29 September 2015 21:37 WIB
Garam Hujan Buatan. Sejumlah petugas mendorong konsul penyimpan garam di Base Ops Lanud Palembang, Selasa (23/9). BNPB dan BPBD dibantu Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menggelar hujan buatan menggunakan pesawat Hercules C-130 milik TNI AU dengan menebar garam sebanyak empat ton untuk memadamkan dan mengurangi titik api di Sumsel. (ANTARA FOTO/Feny Selly)
Samarinda (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, bekerja sama sejumlah perusahaan perkebunan kelapa sawit di daerah itu serta Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta, menggelar sosialisasi penerapan hujan buatan.
Panitiap Sosialisasi penerapan hujan buatan, Pupung Pamungkas, dihubungi di Tenggarong, Selasa mengatakan, sosialisasi yang digelar di Hotel Grand Fatma Tenggarong, Ibu Kota Kabupaten Kutai Kartanegara itu, sebagai upaya mencegah kebakaran lahan dan dampak kemarau lainnya yang terjadi di daerah itu.
Sosialisasi tersebut kata Pupung Pamungkas, diikuti manajemen beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Kutai Kartanegara serta sejumlah instansi terkait di lingkungan pemerintah kabupaten setempat.
"Mengatasi kebakaran lahan serta kabut asap, merupakan tanggung jawab bersama. Untuk itu, perlu dilakukan upaya pencegahan secara kolektif. Mudah-mudahan, dengan teknologi modifikasi cuaca yang disosialisasikan tersebut, bisa mengatasi masalah akibat kekeringan ini," ungkap Pupung Pamungkas.
Sementara, Pelaksana tugas Sekretaris Daerah Kutai Kartanegara H Marli, pemerintah setempat menyambut baik sosialisasi penerapan hujan buatan itu, karena merupakan upaya mengatasi dampak musim kemarau yang diprediksi berlangsung hingga akhir tahun.
Dikatakannya, kekeringan dapat menimbulkan bahaya kebakaran lahan, kabut asap serta krisis air, sehingga pemerintah bersama segenap masyarakat dituntut berperan aktif dan peduli untuk mengurangi dampak kemarau tersebut.
Ia berharap, sosialisasi tersebut dapat membuka wawasan, sehingga dapat mengatasi dampak kemarau yang juga dialamai wilayah Kutai Kartanegara.
Setelah sosialisasi lanjut Marli, rencananya digelar rapat antarperusahaan perkebunan dan pemerintah kabupaten, terkait apakah perlu melakukan hujan buatan.
"Jika memang perlu, maka secara teknis akan dibahas lagi persiapan pelaksanaanya," katanya.
Materi pada sosialisasi tersebut yakni, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang disampaikan oleh Kasubid Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan UPT Hujan Buatan BPPT Tri Handoko Seto dan Kepala UPT Hujan Buatan BPPT Heru Widodo.
Seto mengatakan, TMC adalah usaha campurtangan manusia dalam pengendalian sumberdaya air di atmosfer, untuk menambah atau mengurangi intensitas curah hujan pada daerah tertentu dalam upaya meminimalkan bencana alam yang disebabkan oleh iklim dan cuaca dengan memanfaatkan parameter cuaca.
Panitiap Sosialisasi penerapan hujan buatan, Pupung Pamungkas, dihubungi di Tenggarong, Selasa mengatakan, sosialisasi yang digelar di Hotel Grand Fatma Tenggarong, Ibu Kota Kabupaten Kutai Kartanegara itu, sebagai upaya mencegah kebakaran lahan dan dampak kemarau lainnya yang terjadi di daerah itu.
Sosialisasi tersebut kata Pupung Pamungkas, diikuti manajemen beberapa perusahaan perkebunan kelapa sawit yang beroperasi di Kutai Kartanegara serta sejumlah instansi terkait di lingkungan pemerintah kabupaten setempat.
"Mengatasi kebakaran lahan serta kabut asap, merupakan tanggung jawab bersama. Untuk itu, perlu dilakukan upaya pencegahan secara kolektif. Mudah-mudahan, dengan teknologi modifikasi cuaca yang disosialisasikan tersebut, bisa mengatasi masalah akibat kekeringan ini," ungkap Pupung Pamungkas.
Sementara, Pelaksana tugas Sekretaris Daerah Kutai Kartanegara H Marli, pemerintah setempat menyambut baik sosialisasi penerapan hujan buatan itu, karena merupakan upaya mengatasi dampak musim kemarau yang diprediksi berlangsung hingga akhir tahun.
Dikatakannya, kekeringan dapat menimbulkan bahaya kebakaran lahan, kabut asap serta krisis air, sehingga pemerintah bersama segenap masyarakat dituntut berperan aktif dan peduli untuk mengurangi dampak kemarau tersebut.
Ia berharap, sosialisasi tersebut dapat membuka wawasan, sehingga dapat mengatasi dampak kemarau yang juga dialamai wilayah Kutai Kartanegara.
Setelah sosialisasi lanjut Marli, rencananya digelar rapat antarperusahaan perkebunan dan pemerintah kabupaten, terkait apakah perlu melakukan hujan buatan.
"Jika memang perlu, maka secara teknis akan dibahas lagi persiapan pelaksanaanya," katanya.
Materi pada sosialisasi tersebut yakni, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang disampaikan oleh Kasubid Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan UPT Hujan Buatan BPPT Tri Handoko Seto dan Kepala UPT Hujan Buatan BPPT Heru Widodo.
Seto mengatakan, TMC adalah usaha campurtangan manusia dalam pengendalian sumberdaya air di atmosfer, untuk menambah atau mengurangi intensitas curah hujan pada daerah tertentu dalam upaya meminimalkan bencana alam yang disebabkan oleh iklim dan cuaca dengan memanfaatkan parameter cuaca.
Pewarta: Amirullah
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: