Rosatom siap bangun PLTN di Indonesia
28 September 2015 03:36 WIB
Ilustrasi. Seorang teknisi memeriksa pisau turbin dalam pemeriksaan pemeliharaan di PLTN Saint-Vulbas, dekat Lyon, Selasa (19/4). Electricite de France (EDF) menjalankan 58 rektor nuklir negara yang memenuhi 80 persen kebutuhan listrik negara yang menurut pesaingnya memberikan keuntungan kompetitif pada perusahaan milik negara tersebut. (REUTERS/Benoit Tessier)
Moskow (ANTARA News) - Perusahaan pembangkit nuklir asal Rusia, Rosatom, menyatakan siap membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Tanah Air.
"Kami siap jika pemerintah meminta kami untuk membangun PLTN di Indonesia," ujar Wakil Direktur Riset dari Kurchatov Institut, Prof Yaroslav I Strombakh, dalam konferensi pers di Moskow, Rusia, Minggu.
Institut Kurchatov merupakan pusat riset nasional yang berkolaborasi dengan perusahaan nuklir asal Rusia, Rosatom.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merampungkan peta jalan PLTN dengan kapasitas 5.000 megawatt (MW).
Dia menjelaskan Rusia mempunyai kemampuan mumpuni dalam teknologi nuklir. Rusia mengembangkan reaktor tahan bencana dan bisa bertahan hingga dalam waktu lama.
"Kami bisa membuat reaktor daya yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan pelanggan," kata dia.
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot S Wisnubroto mengatakan, kerja sama yang dilakukan dengan Rosatom, yakni peningkatan kompetensi sumber daya manusia, pengembangan infrastruktur PLTN.
"Pengembangan infrastruktur PLTN seperti calon lokasi, aspek ekonomi dan aspek teknologi. Akan tetapi tidak mengikat, bahwa Indonesia harus memakai teknologi mereka ketika membangun PLTN," jelas Djarot.
Saat ini pembangunan PLTN tergantung keputusan Presiden Joko Widodo. "Kalau Presiden bilang 'Go Nuclear' ya kita 'Go Nuclear'," kata Djarot.
Rencana pembangunan PLTN di Tanah Air tertuang dalam UU 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005- 2025. Berdasarkan UU tersebut, pada 2019 Indonesia harus sudah memiliki PLTN.
Rosatom merupakan perusahaan pembangkit nuklir Rusia yang memasok 33 persen kebutuhan listrik di Eropa dan juga daerah bagian Rusia. Rosatom menempati posisi kedua dalam percaturan generasi nuklir global.
Rosatom juga menempati posisi teratas dalam pasar global untuk teknologi nuklir terbarukan serta menempati peringkat pertama dalam pembangunan konstruksi simultan. Selain itu juga posisi kedua dalam pengelolaan uranium dan posisi ketiga dalam ektraksi uranium dalam skala global.
Rosatom meraih 36 persen pada pasar pengayaan uranium. Portofolio perusahaan tersebut dalam 10 tahun lebih dari 100 miliar dolar AS. Setidaknya ada 38 unit PLTN yang terdiri dari 29 PLTN di luar Rusia yang akan dikerjakan.
Rosatom juga menguasai 17 persen dari pasar bahan bakar nuklir dunia. Rosatom merupakan satu-satunya negara yang mempunyai sistem aktif dan pasif dalam sistem keamanan PLTN.
"Kami siap jika pemerintah meminta kami untuk membangun PLTN di Indonesia," ujar Wakil Direktur Riset dari Kurchatov Institut, Prof Yaroslav I Strombakh, dalam konferensi pers di Moskow, Rusia, Minggu.
Institut Kurchatov merupakan pusat riset nasional yang berkolaborasi dengan perusahaan nuklir asal Rusia, Rosatom.
Sebelumnya, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) merampungkan peta jalan PLTN dengan kapasitas 5.000 megawatt (MW).
Dia menjelaskan Rusia mempunyai kemampuan mumpuni dalam teknologi nuklir. Rusia mengembangkan reaktor tahan bencana dan bisa bertahan hingga dalam waktu lama.
"Kami bisa membuat reaktor daya yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan pelanggan," kata dia.
Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) Djarot S Wisnubroto mengatakan, kerja sama yang dilakukan dengan Rosatom, yakni peningkatan kompetensi sumber daya manusia, pengembangan infrastruktur PLTN.
"Pengembangan infrastruktur PLTN seperti calon lokasi, aspek ekonomi dan aspek teknologi. Akan tetapi tidak mengikat, bahwa Indonesia harus memakai teknologi mereka ketika membangun PLTN," jelas Djarot.
Saat ini pembangunan PLTN tergantung keputusan Presiden Joko Widodo. "Kalau Presiden bilang 'Go Nuclear' ya kita 'Go Nuclear'," kata Djarot.
Rencana pembangunan PLTN di Tanah Air tertuang dalam UU 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005- 2025. Berdasarkan UU tersebut, pada 2019 Indonesia harus sudah memiliki PLTN.
Rosatom merupakan perusahaan pembangkit nuklir Rusia yang memasok 33 persen kebutuhan listrik di Eropa dan juga daerah bagian Rusia. Rosatom menempati posisi kedua dalam percaturan generasi nuklir global.
Rosatom juga menempati posisi teratas dalam pasar global untuk teknologi nuklir terbarukan serta menempati peringkat pertama dalam pembangunan konstruksi simultan. Selain itu juga posisi kedua dalam pengelolaan uranium dan posisi ketiga dalam ektraksi uranium dalam skala global.
Rosatom meraih 36 persen pada pasar pengayaan uranium. Portofolio perusahaan tersebut dalam 10 tahun lebih dari 100 miliar dolar AS. Setidaknya ada 38 unit PLTN yang terdiri dari 29 PLTN di luar Rusia yang akan dikerjakan.
Rosatom juga menguasai 17 persen dari pasar bahan bakar nuklir dunia. Rosatom merupakan satu-satunya negara yang mempunyai sistem aktif dan pasif dalam sistem keamanan PLTN.
Pewarta: Indriani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: