Khatib ingatkan berkurban bukan untuk pamer
24 September 2015 15:32 WIB
Ilustrasi--Salat Idul Adha Banten. Sejumlah warga Muhammadiyah melaksanakan salat Idul Adha di Lapangan Bola Darul Ilmi, Kaujon, Serang, Banten, Rabu (23/9). Keluarga Besar Muhammadiyah menetapkan Hari Raya Idul Adha 2015 jatuh pada tanggal 23 September berdasarkan metode hisab. (ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman)
Jakarta (ANTARA News) - Khatib salat Idul Adha 1436 H di Masjid Raya Jakarta Islamic Centre Abdullah mengingatkan umat Muslim tidak berkurban untuk pamer, melainkan meningkatkan iman dan takwa.
"Berkurban bukan untuk pamer dan mendapat pujian masyarakat dari orang sekitarnya. Allah berfirman, daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah, tetapi ketakwaan dari kamu lah yang dapat mencapainya," kata Abdullah dari Bimas Islam Kementerian Agama DKI Jakarta dalam khotbahnya, Kamis.
Berkurban, ujar dia, merupakan ujian untuk orang beriman yang ikhlas dan menerima apapun permintaan Allah.
Untuk itu, ia mengajak seluruh umat untuk meniru Rasulullah yang berkurban dengan sukarela dan penuh keikhlasan.
Selain itu, Abdullah menuturkan berkurban memiliki tujuan menghapus kesombongan dengan mengingatkan kekayaan yang dimiliki hanyalah titipan dari Allah.
"Kita pada hakekatnya disebut sebagai orang kaya karena ada orang miskin, dari sinilah kita dapat merasakan indahnya hidup dalam kebersamaan," ujar dia.
Kurban, kata Abdullah, juga mendekatkan hubungan terhadap sesama karena daging yang dikurbankan akan diberikan kepada rakyat fakir dan miskin.
Kepedulian sosial yang tinggi, menurut dia, juga dapat terbangun dengan kurban karena Muslim yang berkurban dapat saling berbagi dengan fakir dan miskin.
Dalam kesempatan tersebut, Abdullah juga mengatakan berdasarkan Al Quran, berkurban terbagi dalam tiga periodisasi dari segi kronologis sejarah.
Kurban pertama dilakukan pada masa Nabi Adam AS, yakni dilakukan oleh putranya yang bernama Qobil dan Habil.
"Habil berkurban untuk mencari ridha Allah, bukan untuk mendapat pujian sehingga kurbannya diterima, sedangkan Qobil berkurban untuk mendapat pujian sehingga kurbannya ditolak," ujar dia.
Kurban kedua dilakukan pada masa Nabi Ibrahim AS, yang menyembelih putranya Ismail karena melakukan nazar akan menyembelih putranya dan berkurban karena Allah.
Terakhir, periode kurban ketiga pada masa Nabi Muhammad SAW yang menyembelih hewan kurban seperti yang telah disyariatkan Allah dengan merujuk pada peristiwa kurban yang dilakukan Nabi Ibrahim.
"Berkurban bukan untuk pamer dan mendapat pujian masyarakat dari orang sekitarnya. Allah berfirman, daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridhaan Allah, tetapi ketakwaan dari kamu lah yang dapat mencapainya," kata Abdullah dari Bimas Islam Kementerian Agama DKI Jakarta dalam khotbahnya, Kamis.
Berkurban, ujar dia, merupakan ujian untuk orang beriman yang ikhlas dan menerima apapun permintaan Allah.
Untuk itu, ia mengajak seluruh umat untuk meniru Rasulullah yang berkurban dengan sukarela dan penuh keikhlasan.
Selain itu, Abdullah menuturkan berkurban memiliki tujuan menghapus kesombongan dengan mengingatkan kekayaan yang dimiliki hanyalah titipan dari Allah.
"Kita pada hakekatnya disebut sebagai orang kaya karena ada orang miskin, dari sinilah kita dapat merasakan indahnya hidup dalam kebersamaan," ujar dia.
Kurban, kata Abdullah, juga mendekatkan hubungan terhadap sesama karena daging yang dikurbankan akan diberikan kepada rakyat fakir dan miskin.
Kepedulian sosial yang tinggi, menurut dia, juga dapat terbangun dengan kurban karena Muslim yang berkurban dapat saling berbagi dengan fakir dan miskin.
Dalam kesempatan tersebut, Abdullah juga mengatakan berdasarkan Al Quran, berkurban terbagi dalam tiga periodisasi dari segi kronologis sejarah.
Kurban pertama dilakukan pada masa Nabi Adam AS, yakni dilakukan oleh putranya yang bernama Qobil dan Habil.
"Habil berkurban untuk mencari ridha Allah, bukan untuk mendapat pujian sehingga kurbannya diterima, sedangkan Qobil berkurban untuk mendapat pujian sehingga kurbannya ditolak," ujar dia.
Kurban kedua dilakukan pada masa Nabi Ibrahim AS, yang menyembelih putranya Ismail karena melakukan nazar akan menyembelih putranya dan berkurban karena Allah.
Terakhir, periode kurban ketiga pada masa Nabi Muhammad SAW yang menyembelih hewan kurban seperti yang telah disyariatkan Allah dengan merujuk pada peristiwa kurban yang dilakukan Nabi Ibrahim.
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015
Tags: