Pesan terakhir Adnan Buyung pada tiga anaknya
24 September 2015 12:02 WIB
Kerabat menangis saat berlangsungnya pemakaman almarhum Adnan Buyung Nasution di TPU Tanah Kusir, Jakarta, Kamis (24/9). Pengacara senior penerima Penghargaan Bintang Mahaputra atas jasa dan pengabdiannya kepada negara itu dimakamkan dengan upacara militer. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)
Jakarta (ANTARA News) - Sebelum menghembuskan nafas terakhir, pengacara Adnan Buyung Nasution menulis pesan terakhir pada ketiga anaknya.
Buyung menulis pesan tersebut pada secarik kertas agar ketiga anaknya, Mauldy Donggur Rinanda Nasution, Rasyid Alam Perkasa Rinanda Nasution, dan Pia Ariestiana Rinanda Nasution selalu rukun serta menjaga ibunda mereka, Tengku Sabariah Sabaroedin.
"Ayah meminta agar kami bertiga rukun, jaga cucu, jaga mama jangan sampai terlantar," kata Pia yang mewakili keluarga usai upacara pemakaman, di TPU Tanah Kusir, Kamis.
Kertas tersebut masih disimpan dengan baik oleh Pia sebagai kenang-kenangan dari sang ayah yang menurutnya sebagai sosok yang penyayang.
"Ayah itu bapak yang diluar mungkin terlihat keras tetapi terhadap anak cucunya tidak. Ayah senang mengumpulkan anak cucu cicit di rumah setiap sebulan sekali," tutur Pia.
"Ayah senang kumpul, biasanya makan bareng, renang, kumpul sampai malam. Mungkin ayah mau menebus masa dulu yang jarang ada untuk keluarga. Jadi inginnya kumpul terus," tutur Pia.
Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Pia mengungkapkan bahwa kondisi ayahnya sempat membaik.
Buyung berkali-kali menulis dikertas agar selang dan mesin nafas dicabut. Ketiga anak Buyung lantas memenuhi keinginan sang ayah.
"Ayah nulis ingin cabut terus. selang dicabut pada Selasa, ayah sudah bisa nafas dengan baik. Ayah sempat stabil. Sebenarnya kami tahu resikonya tinggi tetapi kami ambil (keputusan) itu demi psikologi ayah yang mau dicabut, biar happy. Ayah mulai kritis malam harinya," jelas Pia.
Buyung akhirnya pergi untuk selama-lamanya didampingi ketiga anaknya di sisinya.
Ia wafat pada usia 81 tahun di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta pada Rabu, pukul 10.15 WIB.
Buyung dimakamkan secara militer tepat disamping makam putra pertamanya Iken Basya Rinanda Nasution yang wafat pada Jakarta, 14 Mei 2010 dan makam putrinya Tia Rinanda Nasution yang wafat pada 14 januari 1977.
Buyung menulis pesan tersebut pada secarik kertas agar ketiga anaknya, Mauldy Donggur Rinanda Nasution, Rasyid Alam Perkasa Rinanda Nasution, dan Pia Ariestiana Rinanda Nasution selalu rukun serta menjaga ibunda mereka, Tengku Sabariah Sabaroedin.
"Ayah meminta agar kami bertiga rukun, jaga cucu, jaga mama jangan sampai terlantar," kata Pia yang mewakili keluarga usai upacara pemakaman, di TPU Tanah Kusir, Kamis.
Kertas tersebut masih disimpan dengan baik oleh Pia sebagai kenang-kenangan dari sang ayah yang menurutnya sebagai sosok yang penyayang.
"Ayah itu bapak yang diluar mungkin terlihat keras tetapi terhadap anak cucunya tidak. Ayah senang mengumpulkan anak cucu cicit di rumah setiap sebulan sekali," tutur Pia.
"Ayah senang kumpul, biasanya makan bareng, renang, kumpul sampai malam. Mungkin ayah mau menebus masa dulu yang jarang ada untuk keluarga. Jadi inginnya kumpul terus," tutur Pia.
Sebelum menghembuskan nafas terakhir, Pia mengungkapkan bahwa kondisi ayahnya sempat membaik.
Buyung berkali-kali menulis dikertas agar selang dan mesin nafas dicabut. Ketiga anak Buyung lantas memenuhi keinginan sang ayah.
"Ayah nulis ingin cabut terus. selang dicabut pada Selasa, ayah sudah bisa nafas dengan baik. Ayah sempat stabil. Sebenarnya kami tahu resikonya tinggi tetapi kami ambil (keputusan) itu demi psikologi ayah yang mau dicabut, biar happy. Ayah mulai kritis malam harinya," jelas Pia.
Buyung akhirnya pergi untuk selama-lamanya didampingi ketiga anaknya di sisinya.
Ia wafat pada usia 81 tahun di Rumah Sakit Pondok Indah Jakarta pada Rabu, pukul 10.15 WIB.
Buyung dimakamkan secara militer tepat disamping makam putra pertamanya Iken Basya Rinanda Nasution yang wafat pada Jakarta, 14 Mei 2010 dan makam putrinya Tia Rinanda Nasution yang wafat pada 14 januari 1977.
Pewarta: Monalisa
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015
Tags: