Presiden Jokowi kurban sapi ongol 857 kg di Gunung Kidul
23 September 2015 14:52 WIB
Peternak memandikan sapi jenis brahma di pusat pengemukan sapi di Desa Tanjung, Kecamatan Pagu, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Pusat pengemukan sapi milik Agus tersebut di peruntuhkan untuk pengemukan sapi kurban yang biasanya di pesan pejabat negara dengan ukuran berat badan persapi 1 sampai 1,5 ton yang biasanya di jual Rp. 50 sampai 100 juta perekor. (ANTARA FOTO/Rudi Mulya)
Gunung Kidul, Yogyakarta (ANTARA News) - Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menyumbangkan satu hewan kurban berupa sapi peranakan ongol di Masjid Al Ikhlas, Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kepala Dinas Peternakan Gunung Kidul Khrisna Berlian di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan sapi pemberian Presiden Joko Widodo ini merupakan jenis peranakan ongol (PO) yang merupakan sapi lokal dengan berat 857 kilogram.
"Sapi yang diserahkan presiden, ini jenis sapi lokal," kata Khrisna Berlian di kompleks Masjid Al Ikhlas.
Menurut dia, sapi jenis ini merupakan sapi yang memiliki berat dan daging tidak kalah dengan sapi jenis si metal dan limousin yang kemarin diserahkan Penghageng Manggalayuda Keraton Yogyakarta GBPH Yudaningrat mewakili Gubernur DIY ke Penjabat Bupati Gunungkidul Budi Antono.
"Sapi jenis ini ke depan akan kami kembangkan di Gunung Kidul," katanya.
Sapi jenis ini memang tergolong berbeda dibandingkan dengan lima sapi yang hari ini disembelih di Masjid Al Ikhlas. Dengan ukuran tinggi yang hampir setinggi orang dewasa dan besar.
"Jenis unggul akan kami kembangkan, semoga masyarakat mendukung," katanya.
Ketua Takmir Masjid Al Ikhlas, Iskamto menambahkan sapi ini merupakan sapi pertama yang diberikan presiden ke Gunung Kidul. Masjid Al Ikhlas sendiri menerima sebanyak 260 sapi dan 230 kambing yang sebagian besar disalurkan ke masjid di sekitar Gunung Kidul.
Selain sapi pemberian dari Presiden, Gunung Kidul juga menerima sapi dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.
"Sapi yang diserahkan dari presiden hari ini disembelih di Masjid AL Ikhlas," katanya.
Kepala Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Gunung Kidul Nur Abadi mengimbau kepada masyarakat Gunung Kidul agar tetap menjaga kondusif lingkungan di wilayah Gunung Kidul, pasalnya, perayaan hari raya Idul Adha tahun ini ada dua yakni 23 dan 24 September.
"Dalam Islam kan diajarkan untuk menjadikan perbedaan sebagai Rahmatan Lil Alamin, jadi, jangan dijadikan masalah," katanya.
Kepala Dinas Peternakan Gunung Kidul Khrisna Berlian di Gunung Kidul, Rabu, mengatakan sapi pemberian Presiden Joko Widodo ini merupakan jenis peranakan ongol (PO) yang merupakan sapi lokal dengan berat 857 kilogram.
"Sapi yang diserahkan presiden, ini jenis sapi lokal," kata Khrisna Berlian di kompleks Masjid Al Ikhlas.
Menurut dia, sapi jenis ini merupakan sapi yang memiliki berat dan daging tidak kalah dengan sapi jenis si metal dan limousin yang kemarin diserahkan Penghageng Manggalayuda Keraton Yogyakarta GBPH Yudaningrat mewakili Gubernur DIY ke Penjabat Bupati Gunungkidul Budi Antono.
"Sapi jenis ini ke depan akan kami kembangkan di Gunung Kidul," katanya.
Sapi jenis ini memang tergolong berbeda dibandingkan dengan lima sapi yang hari ini disembelih di Masjid Al Ikhlas. Dengan ukuran tinggi yang hampir setinggi orang dewasa dan besar.
"Jenis unggul akan kami kembangkan, semoga masyarakat mendukung," katanya.
Ketua Takmir Masjid Al Ikhlas, Iskamto menambahkan sapi ini merupakan sapi pertama yang diberikan presiden ke Gunung Kidul. Masjid Al Ikhlas sendiri menerima sebanyak 260 sapi dan 230 kambing yang sebagian besar disalurkan ke masjid di sekitar Gunung Kidul.
Selain sapi pemberian dari Presiden, Gunung Kidul juga menerima sapi dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X.
"Sapi yang diserahkan dari presiden hari ini disembelih di Masjid AL Ikhlas," katanya.
Kepala Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Gunung Kidul Nur Abadi mengimbau kepada masyarakat Gunung Kidul agar tetap menjaga kondusif lingkungan di wilayah Gunung Kidul, pasalnya, perayaan hari raya Idul Adha tahun ini ada dua yakni 23 dan 24 September.
"Dalam Islam kan diajarkan untuk menjadikan perbedaan sebagai Rahmatan Lil Alamin, jadi, jangan dijadikan masalah," katanya.
Pewarta: Sutarmi
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: