Makkah (ANTARA News) - “Insya Allah saya akan pigura kaos bertandatangan Menteri Agama ini. Rumah saya kebetulan baru selesai dibangun. Ini akan saya bingkai sebagai kenangan dan saya taruh di ruang tamu. Alhamdulillah saya di Makkah ini bertemu dengan orang Indonesia yang berpengaruh dan itu tentu menjadi sebuah kebanggaan.”

Demikian Fathurrahman Mochsin mengungkap kesan setelah kaos oblongnya ditandatangani Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Sabtu (19/9), mata Muhamad Fathurrahman Mochsin (44) sedikit berkaca-kaca ketika diminta untuk menceritakan kembali kaos bertandatangan Menteri Agama yang malam itu masih dikenakannya. Dia mengaku ide meminta tanda tangan itu muncul spontan dan tidak menyangka juga kalau akan dikabulkan oleh Menteri Agama.

Fathurrahman berasal dari Madiun. Bersama jemaah asal kota pecel lainnya, Fathurrahman tergabung dalam kloter 2 Embarkasi Surabaya (SUB 2) yang diberangkatkan pada gelombang pertama. Setelah melaksanakan ibadah Arbain di Madinah, Fathurrahman diberangkatkan ke Makkah dan menempati pemondokan 625 di kawasan Syisyah, berdekatan dengan Kantor Daker Makkah.

Hari itu, Fathurrahman berkunjung ke Daker Makkah untuk membantu pengurusan tanazul (pulang dini) temannya yang kebetulan tertunda keberangkatannya karena persoalan visa. Fathurrahman sendiri bersama SUB 2 dijadwalkan akan kembali ke Tanah Air pada 28 September mendatang atau dua hari setelah selesainya prosesi haji.

Dari SUB 2 itu, ada 8 orang yang terpisah kloternya dan itu yang sedang diusahakan proses tanazulnya agar bisa pulang bersama-sama.

“Awalnya saya iba dan merasa terpanggil untuk membantu penyelesaian proses tanazul teman saya yang belum selesai juga. Saya pun memberanikan diri melangkah ke Daker Makkah untuk membantu mengurusnya,” demikian penjelasan Fathurrahman mengawali kisah pertemuannya dengan Menteri Agama.

Baginya, Kantor Daker adalah kantor bersama, milik seluruh jemaah Indonesia. Karenanya sudah sewajarnya dia berkunjung, terlebih ada keperluan pengurusan tanazul temannya.
“Sayang, proses pengurusan tanazul untuk kepulangan tanggal itu sudah tidak dimungkinkan lagi,” terang Fathurrahman menirukan penjelasan Kepala Seksi Pemulangan Ismail Aini.

Fathurrahman mengaku awalnya ingin mengkonsultasikan kemungkinan tanazul temannya ini dengan Kepala Daker Makkah, Arsyad Hidayat. Hanya, saat itu Arsyad belum ada di tempat dan karenanya dia memilih untuk menunggu. Tak disangka, lewat di depannya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin.

Rasa tidak enak sempat muncul membawanya pada keraguan untuk menyampaikan soal tanazul pada Amirul Haj. Tapi gaya Menag yang humble memberi dorongan Fathurrahman untuk menyampaikan maksud tujuan. Apalagi Fathurrahman sudah punya kesan awal manakala berjumpa untuk pertama kalinya dengan Menteri yang juga pernah menjadi petugas haji pada 1991 itu.

“Saya pertama kali bertemu Menag saat dia akan naik bus Shalawat. Waktu itu (Selasa, 15/09) sekitar pukul 10.00, Menag sedang melakukan uji coba bus salawat. Di dalam bus, saya perhatikan, kok itu kayak Pak Menteri? Saya kan juga sering lihat dia di televisi. Meski tidak kenal, tapi saya juga tahu sedikit tentang beliau bahwa ini anak siapa dan Alhamdulillah kok menjadi menteri,” kata Fathurrahman semangat.

Saat itu, Fathurrahman mengaku sempat melambaikan tangan ke Menag dan tidak menyangka pada kesempatan berikutnya Lukman Hakim justru menghampiri. “Saya lalu diajak ngobrol soal bus sepanjang jalan menuju Terminal Syib Amir. Saya bilang Alhamdulillah pelayanan haji ini baik. Lalu saya ditanya asal dari mana, saya jawab kalau asal Madiun,” kisahnya lagi.

Berbekal kesan awal inilah Fathurrahman memberanikan diri menyapa lalu bercerita tentang upayanya mengurus tanazul para sahabatnya.

Sembari berdiri di bagian tengah ruang Daker Makkah, Menteri mendengar dengan seksama penjelasan Fathurrahman lalu merespon bahwa semuanya harus sesuai dengan ketentuan yang ada. Sekira secara aturan dimungkinkan, tentu bisa, kalau tidak harus bersabar.

“Silahkan koordinasikan dengan bagian yang mengurus pelayanan ini. Semoga bisa,” kata Menag sebagaimana dikisahkan Sekretarisnya Khoirul Huda Basyir.

Menurut Khoirul, seusai berbicara dengan Menag, Fathurrahman tiba-tiba membuka baju batik hajinya. Tak pelak, tingkah Fathurrahman menjadi perhatian petugas Daker Makkah yang berada di dekatnya. Sementara Menag hanya melihat dan baru tahu maksudnya ketika Fathurrahman meminta Menag untuk menandatangani kaosnya.

“Aneh, biasanya orang minta foto bareng, Bapak malah minta saya tanda tangan di kaos oblong Bapak,” kata Khoirul Huda menirukan respon Menag yang seketika tersenyum lalu meminta spidol permanent kepada petugas lainnya untuk kemudian menandatangani kaos oblong Fathurrahman.

Ditanya mengapa minta tanda tangan di kaosnya, Fathurrahman mengaku hanya ingin saja. “Saya tidak tahu pokoknya ingin aja. Saya lepas baju batik saya dan spontan minta tanda tangan kepada Menteri Agama,” jelasnya.

“Saya minta kaos saya ditandatangani Menag sebagai bukti kalau saya sudah berusaha menemui beliau untuk mengajukan masalah ini,” tambahnya.

Pada kaos oblong itu, kini tertera tinta biru tandatangan sang menteri. Fathurrahman mengaku akan memajangnya di rumah sebagai kenang-kenangan. Kenangan ini bagi Fathurrahman berarti karena dia mengaku senang dengan Menag sejak melihatnya ketika dilantik.

“Saya senang saja waktu melihat dia dilantik. Bapaknya juga menteri, namanya Pak Saifuddin. Namanya orang pondokan, ya tahu. Saya juga kan pernah mondok jadi tahu. Menterinya kan insya Allah orang ahlussunah wal jamaah, senengnya itu,” tuturnya.

Disinggung soal penyelenggaraan haji, Fathurrahman mengaku haji tahun ini bagus.
Menurutnya, tambahan makanan di Makkah direspon positif oleh jemaah. “Banyak jemaah bilang, Alhamdulillah di Makkah ada tambahan makan. Insya Alllah tahun depan ada tambahan makan menjadi dua kali sehingga tidak perlu masak sendiri,” harapnya.

“Saya doakan Menag bisa mengayomi semuanya, untuk Indonesia yang beragam suku dan agama,” imbuhnya.

Kaos oblong Fathurrahman sudah ditandatangani Menteri Agama dan baginya itu memberi kenangan tersendiri. Bukan kaos olahraga yang ditandatangani atletnya, tapi kaos oblong yang digores tinta Amirul Haj-nya. Bagaimana dengan kaosmu? Kenangan apakah yang sudah diperoleh dari Menteri yang satu ini?