Tinggi gelombang laut Lhokseumawe capai tiga meter
21 September 2015 02:46 WIB
ilustrasi Gelombang Tiga Meter Kapal nelayan yang dioperasikan mengangkut penumpang dan barang tujuan Pulau Aceh, Aceh Besar meninggalkan pelabuhan Ulee Lheue, Banda Aceh, Rabu (11/2/15). (ANTARA FOTO/Ampelsa)
Lhokseumawe (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Lhokseumawe, Provinsi Aceh menyatakan gelombang laut diperairan setempat mencapai tiga meter.
Tingginya gelombang laut tersebut, sangat rawan bagi nelayan yang menggunakan kapal tradisional, karena ada jenis-jenis kapal yang tidak sanggup menerobos ombak dan sangat rawan terjadinya kecelakaan.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Lhokseumawe Syifaul Fuad di Lhokseumawe, Minggu, mengatakan tingginya gelombang laut tersebut disebabkan karena angin kencang yang melanda wilayah setempat.
"Tingginya gelombang laut itu disebabkan karena angin kencang, yang menurut pantauan citra satelit kecepatan angin mencapai 20 Km/jam serta ketinggian gelombang laut mencapai 2-3 meter," ujar Syifaul Fuad.
Diperkirakan tinggi gelombang laut tersebut akan terjadi selama tiga hari kedepan, meskipun demikian BMKG Stasiun Lhokseumawe akan terus memantau tentang kondisi cuaca.
BMKG Stasiun Lhokseumawe mengimbau nelayan untuk lebih hati-hati saat melakukan aktifitasnya, jangan lupa membawa peralatan-peralatan untuk keselamatan diri, seperti pelampung dan hal-hal lainnya.
"Jangan dianggap sepele tentang gelombang laut yang tinggi dan angin kencang, dalam melakukan aktifitasnya para nelayan harus membawa peralatan keselamatan diri, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan," ujarnya.
Salah seorang nelayan di Desa Pusong, Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Muhammad Hafis mengatakan nelayan sangat merasakan tingginya gelombang laut tersebut, sehingga ada beberapa nelayan yang tidak berani melaut.
Muhammad menambahkan, akibatnya harga ikan di sejumlah pasar menjadi naik, misalnya ikan tongkol yang biasanya seharga Rp15.000 per kilogram, kini menjadi Rp25.000 per kilogram dan ikan gembung dulu harganya Rp20.00 per kilogran sekarang menjadi Rp35.000.
"Kita berharap kondisi gelombang laut bisa menjadi stabil kembali dan para nelayan bisa beraktifitas kembali," ujarnya.
Tingginya gelombang laut tersebut, sangat rawan bagi nelayan yang menggunakan kapal tradisional, karena ada jenis-jenis kapal yang tidak sanggup menerobos ombak dan sangat rawan terjadinya kecelakaan.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Lhokseumawe Syifaul Fuad di Lhokseumawe, Minggu, mengatakan tingginya gelombang laut tersebut disebabkan karena angin kencang yang melanda wilayah setempat.
"Tingginya gelombang laut itu disebabkan karena angin kencang, yang menurut pantauan citra satelit kecepatan angin mencapai 20 Km/jam serta ketinggian gelombang laut mencapai 2-3 meter," ujar Syifaul Fuad.
Diperkirakan tinggi gelombang laut tersebut akan terjadi selama tiga hari kedepan, meskipun demikian BMKG Stasiun Lhokseumawe akan terus memantau tentang kondisi cuaca.
BMKG Stasiun Lhokseumawe mengimbau nelayan untuk lebih hati-hati saat melakukan aktifitasnya, jangan lupa membawa peralatan-peralatan untuk keselamatan diri, seperti pelampung dan hal-hal lainnya.
"Jangan dianggap sepele tentang gelombang laut yang tinggi dan angin kencang, dalam melakukan aktifitasnya para nelayan harus membawa peralatan keselamatan diri, agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan," ujarnya.
Salah seorang nelayan di Desa Pusong, Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Muhammad Hafis mengatakan nelayan sangat merasakan tingginya gelombang laut tersebut, sehingga ada beberapa nelayan yang tidak berani melaut.
Muhammad menambahkan, akibatnya harga ikan di sejumlah pasar menjadi naik, misalnya ikan tongkol yang biasanya seharga Rp15.000 per kilogram, kini menjadi Rp25.000 per kilogram dan ikan gembung dulu harganya Rp20.00 per kilogran sekarang menjadi Rp35.000.
"Kita berharap kondisi gelombang laut bisa menjadi stabil kembali dan para nelayan bisa beraktifitas kembali," ujarnya.
Pewarta: Mukhlis
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: