Imajinasi mata hitam Jeihan Sukmantoro
20 September 2015 11:03 WIB
BANDUNG, 25/10 - BUKU JEIHAN. Jeihan Sukmantoro (72) maestro senirupa yang dikenal dengan lukisan mata bolong memerlihatkan buku puisi "Bukuku Kubuku: Sajak Filsafat" dalam peluncurannya di Gd Indonesia Menggugat, Bandung, Jawa Barat, Minggu (25/10). Selain dikenal sebagai pelukis Jeihan pun dikenal sebagai penyair yang melahirkan sajak-sajak "Mbeling" yang pernah meramaikan dunia kesusastraan pada 1972. dan buku ini merupakan pembedahan karya sajak "Mbeling" Jeihan oleh Jakob Sumardjo. FOTO ANTARA/AGUS BEBENG/ss/09 (ANTARA/agus bebeng)
Bandung (ANTARA News) - Pelukis Jeihan Sukmantoro akan menggelar pameran tunggal dengan tema "Perayaan Ide 50 Tahun Mata Hitam di Studio Jeihan Jalan Padasuka Kota Bandung, pada 26 September 2015.
"Kini, mata hitamnya dinisbatkan sebagai simbol ikonik Jeihan. Jelas bukan tatapan kosong, lukisan potret manusia bermata hitam adalah sikap hidup yang tak mau tunduk dan terbuai atas realitas, referensi dan dominasi ideologi yang ada saat ini," kata pengamat seni rupa Mikke Susanto dari Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta di Bandung, Minggu.
Menurut dia Mata hitam adalah sikap untuk selalu melihat lebih dalam dan lebih jauh. Seperti lubang hitam (black hole) alam semesta, mata itu menelisik untuk merefleksi hidup.
"Mata hitam adalah sikap untuk selalu berimajinasi tentang banyaknya hal yang tak mungkin digapai oleh mata terbuka dan jangkauan fisik manusia," katanya.
Bahkan kata dia pada saat berbincang saat menjelang pameran tunggalnya di Museum Nasional Indonesia 2014, ia mendapatkan sebuah visi, bahwa mata hitam baginya adalah sebuah realitas masa depan. Jeihan menerawang dan menerangkan secara futurologis mata hitam adalah hasil dari bentuk perubahan evolutif kondisi manusia.
Lukisan "Mata Hitam" telah berusia 50 tahun dan bila ditelusuri secara historis, sampai saat ini belum ditemukan program atau pameran maupun perayaan berbasis ide. Selama ini yang muncul adalah perayaan yang bersifat biografis, ulang tahun kelahiran tubuh manusia dari rahim ibu ke bumi.
Ia mengimajinasikan sejak lama muncul perayaan Jiwa Ketok Sudjojono, atau perayaan teknik plototan gaya Affandi, sampai misalnya peringatan tentang ide-ide yang mengubah sejarah bangsa , baik dari para pejuang, pahlawan nasional dan sebagainya.
Masih menurut Mikke, "Mata Hitam" Jeihan adalah ide brilian. Ide tidak sekadar menjelaskan persoalan kesenian, seni lukis atau sebidang persoalan saja. Ide ini meluas dan menjangkau pada tataran nilai yang terkait dengan esensi hidup manusia.
"Mata hitam Jeihan harus diakui sebagai menjadi kekayaan intelektual untuk selalu berpikir, merenung, merefleksi, dan meng-interpretasikan berbagai pelajaran bagi seluruh anak bangsa," kata Mike.
Jeihan Sukmantoro merupakan salah satu maestro seni rupa tanah air yang dikenal di kancah dunia, Ia lahir di Solo, pada tanggal 26 September 1938. Sebagai seniman terkemuka Indonesia, ia menempati posisi kemantapannya dalan khasanah seni lukis figuratif yang khas.
Karya Jeihan dengan amat mencolok segera dapat dikenali figur dengan mata hitam pekat, sapuan lebar membidang mengiringi manusia sebagai obyek utamanya.
Sekira tahun 1963-1965, dari beberapa lukisan yang seharusnya bermata tajam dan bening, berubah karena emosinya yang meninggi, ditorehkan begitu saja warna hitam legam tanpa sisa warna putih dan kebeningan.
"Kini, mata hitamnya dinisbatkan sebagai simbol ikonik Jeihan. Jelas bukan tatapan kosong, lukisan potret manusia bermata hitam adalah sikap hidup yang tak mau tunduk dan terbuai atas realitas, referensi dan dominasi ideologi yang ada saat ini," kata pengamat seni rupa Mikke Susanto dari Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta di Bandung, Minggu.
Menurut dia Mata hitam adalah sikap untuk selalu melihat lebih dalam dan lebih jauh. Seperti lubang hitam (black hole) alam semesta, mata itu menelisik untuk merefleksi hidup.
"Mata hitam adalah sikap untuk selalu berimajinasi tentang banyaknya hal yang tak mungkin digapai oleh mata terbuka dan jangkauan fisik manusia," katanya.
Bahkan kata dia pada saat berbincang saat menjelang pameran tunggalnya di Museum Nasional Indonesia 2014, ia mendapatkan sebuah visi, bahwa mata hitam baginya adalah sebuah realitas masa depan. Jeihan menerawang dan menerangkan secara futurologis mata hitam adalah hasil dari bentuk perubahan evolutif kondisi manusia.
Lukisan "Mata Hitam" telah berusia 50 tahun dan bila ditelusuri secara historis, sampai saat ini belum ditemukan program atau pameran maupun perayaan berbasis ide. Selama ini yang muncul adalah perayaan yang bersifat biografis, ulang tahun kelahiran tubuh manusia dari rahim ibu ke bumi.
Ia mengimajinasikan sejak lama muncul perayaan Jiwa Ketok Sudjojono, atau perayaan teknik plototan gaya Affandi, sampai misalnya peringatan tentang ide-ide yang mengubah sejarah bangsa , baik dari para pejuang, pahlawan nasional dan sebagainya.
Masih menurut Mikke, "Mata Hitam" Jeihan adalah ide brilian. Ide tidak sekadar menjelaskan persoalan kesenian, seni lukis atau sebidang persoalan saja. Ide ini meluas dan menjangkau pada tataran nilai yang terkait dengan esensi hidup manusia.
"Mata hitam Jeihan harus diakui sebagai menjadi kekayaan intelektual untuk selalu berpikir, merenung, merefleksi, dan meng-interpretasikan berbagai pelajaran bagi seluruh anak bangsa," kata Mike.
Jeihan Sukmantoro merupakan salah satu maestro seni rupa tanah air yang dikenal di kancah dunia, Ia lahir di Solo, pada tanggal 26 September 1938. Sebagai seniman terkemuka Indonesia, ia menempati posisi kemantapannya dalan khasanah seni lukis figuratif yang khas.
Karya Jeihan dengan amat mencolok segera dapat dikenali figur dengan mata hitam pekat, sapuan lebar membidang mengiringi manusia sebagai obyek utamanya.
Sekira tahun 1963-1965, dari beberapa lukisan yang seharusnya bermata tajam dan bening, berubah karena emosinya yang meninggi, ditorehkan begitu saja warna hitam legam tanpa sisa warna putih dan kebeningan.
Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: