Medan (ANTARA News) - Volume ekspor karet Sumatera Utara secara year on year hingga Agustus 2015 turun 17.219 ton atau 5,55 persen dibandingkan periode sama pada tahun 2014.

Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah di Medan, Sabtu, mengatakan, volume ekspor karet Sumut hingga Agustus 2015 sebanyak 292.928 ton , sementara di periode sama tahun 2014 sudah mencapai 310.147, 39 ton sehingga ada penurunan 5,55 persen.

"Penurunan ekspor akibat melemahnya permintaan dampak krisis ekonomi global yang masih terus berlangsung," katanya.

Dengan menurunnya volume ekspor, devisa dari komoditas itu sudah dipastikan ikut melemah, apalagi harga jual juga masih di bawah harga normal atau di bawah 2 dolar AS per kg.

Rendahnya harga bahkan diprediksi terjadi hingga akhir tahun dengan kisaran di bawah 1, 4 dolar AS per kg.

Asumsi masih rendahnya harga karet mengacu pada harga minyak mentah dan lemahnya permintaan dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT ), Amerika Serikat, Jepang dan India sebagai pembeli utama karet.

"Rendahnya harga ekspor membuat pengusaha pabrikan masih tetap kesulitan dan petani juga resah," katanya.

Perusahaan pabrikan sebagian besar masih beroperasi tidak normal dan petani sudah banyak yang tidak menderes getah karetnya dan berganti profesi menjadi buruh dan lainnya dan bahkan menebang pohon karetnya.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono, mengakui, nilai devisa karet Sumut pada Januari-Juli 2015, tinggal 699,803 juta dolar AS.

Padahal periode sama tahun lalu, devisa dari golongan barang itu masih bisa 912,735 juta dolar AS.

"Jadi ada penurunan devisa dari karet sebesar 23,33 persen dan itu memang sangat berpengaruh pada total penerimaan devisa Sumut," katanya.