Beijing (ANTARA News) - Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Zulkifli Hasan mengatakan Indonesia harus lebih agresif dalam memanfaatkan potensi ekonomi dan politik yang dimiliki Tiongkok, bagi kemakmuran dalam kerangka kerja sama yang saling menguntungkan kedua pihak.

"Apalagi Indonesia dan Tiongkok telah memiliki hubungan sebagai mitra strategis komprehensif. Tiongkok memiliki modal, baik berupa pendanaan dan teknologi. Ini yang harus secara agresif kita manfaatkan, kita rebut," katanya, dalam jumpa wartawan di Beijing, Jumat malam.

Jika tidak, lanjut Zulkifli, Indonesia akan terus tertinggal dengan negara-negara lain yang memiliki hubungan serta kerja sama yang baik dengan Tiongkok, seperti Malaysia dan Singapura.

Dicontohkannya, Tiongkok terlibat dalam proyek pembangunan Waduk Jatigede dan PLTA di Asahan (Sumatera Utara), dari proyek tersebut Indonesia dapat memiliki sumber energi yang ramah lingkungan, terbarukan.

"Untuk listrik yang menggunakan tenaga solar, kita harus membayar 35 sen (dolar), tapi kalau kita menggunakan listrik tenaga PLTA, kita hanya membayar lima sen. Ini kan contoh, keuntungan yang kita dapat dari kerja sama investasi dengan Tiongkok," papar Zulkifli.

Terlebih lagi, lanjut dia, Indonesia dan Tiongkok juga memiliki visi yang sama dalam meningkatkan kerja sama perdagangan, investasi, melalui konektivtas maritim.

"Indonesia memiliki visi membangun poros maritim, dan Tiongkok memiliki proyek untuk membangun Jalur Sutra Maritim Abad 21. Kalau ini terbangun dengan baik, maka kerja sama ekonomi kedua negara semakin meningkat," katanya.

Potensi kerja sama yang didapat dari terbangunnya konektivitas itu, harusnya dapat diraih secara lebih agresif.

"Sehingga hubungan dengan Tiongkok, benar-benar memberikan keuntungan pula, bagi Indonesia, bagi kemakmuran dan kesejahteraan Indonesia," tutur Zulkifli menegaskan.

Sebagai kekuatan ekonomi kedua terbesar di dunia, kini Tiongkok sempat tercatat memiliki cadangan devisa dalam mata uang asing sekitar 3,5 triliun dolar AS. Namun dengan potensi yang dimiliki, investasi yang ditanamkan Tiongkok ke Indonesia hingga 2012 baru mencapai 2,02 miliar dolar AS, demikian data dari China-ASEAN Business Council.