Wapres minta Mentan evaluasi proyeksi produksi beras
16 September 2015 15:18 WIB
Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri rapat koordinasi dengan Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan jajarannya di Jakarta, Kamis.(ANTARA FOTO/Saptono)
Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengevaluasi proyeksi produksi beras nasional dari Badan Pusat Statistik.
Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi gabah kering giling nasional mencapai 75,55 ton tahun 2015.
"Angka yang 75 ton itu kita evaluasi karena itu terlalu tinggi, sehingga berbahaya untuk landasan perhitungan yang akan datang," kata Wakil Presiden setelah rapat koordinasi di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Rabu.
"Intinya, menghitung secara lebih cermat. Itu hanya perhitungan angka statistik yang nanti akan mempengaruhi subsidi pupuk, subsidi bibit, dan juga jumlah petani," tambah dia.
Wakil Presiden menjelaskan untuk mencapai angka produksi sesuai perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), pemerintah perlu memperbaiki bibit padi, kualitas pupuk, rehabilitasi pengairan dan penyuluhan.
"Cuma empat itu saja, tidak ada cara lain. Oleh karena itu, Mentan cuma itu saja tugasnya, yakni memastikan bibit kualitas tinggi, pupuk tepat waktu, pengairan diperbaiki dan diberi penyuluhan. Itu saja," jelasnya.
Dalam rapat koordinasi dengan Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan jajarannya, Wakil Presiden mendapatkan laporan mengenai kenaikan produksi pertanian dan rencana persediaan bahan pangan.
Wakil Presiden menilai proyeksi angka produksi beras nasional BPS terlalu tinggi.
"Harga beras itu memang suatu dilema masa lalu, naik salah turun juga salah. Naik harga beras itu berarti menimbulkan inflasi, harga beras turun bisa menimbulkan masalah di tingkat petani," jelasnya.
Menurut Angka Ramalan I BPS 2015, Indonesia akan surplus beras lima juta ton beras tahun ini.
Tahun 2014, menurut Angka Tetap BPS, produksi gabah kering giling mencapai 70,85 juta ton dan diprediksi naik menjadi 75,55 juta ton gabah kering giling tahun 2015.
Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi gabah kering giling nasional mencapai 75,55 ton tahun 2015.
"Angka yang 75 ton itu kita evaluasi karena itu terlalu tinggi, sehingga berbahaya untuk landasan perhitungan yang akan datang," kata Wakil Presiden setelah rapat koordinasi di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan, Rabu.
"Intinya, menghitung secara lebih cermat. Itu hanya perhitungan angka statistik yang nanti akan mempengaruhi subsidi pupuk, subsidi bibit, dan juga jumlah petani," tambah dia.
Wakil Presiden menjelaskan untuk mencapai angka produksi sesuai perhitungan Badan Pusat Statistik (BPS), pemerintah perlu memperbaiki bibit padi, kualitas pupuk, rehabilitasi pengairan dan penyuluhan.
"Cuma empat itu saja, tidak ada cara lain. Oleh karena itu, Mentan cuma itu saja tugasnya, yakni memastikan bibit kualitas tinggi, pupuk tepat waktu, pengairan diperbaiki dan diberi penyuluhan. Itu saja," jelasnya.
Dalam rapat koordinasi dengan Menteri Pertanian Amran Sulaiman dan jajarannya, Wakil Presiden mendapatkan laporan mengenai kenaikan produksi pertanian dan rencana persediaan bahan pangan.
Wakil Presiden menilai proyeksi angka produksi beras nasional BPS terlalu tinggi.
"Harga beras itu memang suatu dilema masa lalu, naik salah turun juga salah. Naik harga beras itu berarti menimbulkan inflasi, harga beras turun bisa menimbulkan masalah di tingkat petani," jelasnya.
Menurut Angka Ramalan I BPS 2015, Indonesia akan surplus beras lima juta ton beras tahun ini.
Tahun 2014, menurut Angka Tetap BPS, produksi gabah kering giling mencapai 70,85 juta ton dan diprediksi naik menjadi 75,55 juta ton gabah kering giling tahun 2015.
Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015
Tags: