Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengatakan asumsi pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2016 sebesar 5,5 persen bisa direvisi turun, karena kondisi perekonomian tahun depan masih diliputi ketidakpastian akibat kelesuan kinerja global.

"Perekonomian global masih ada tekanan, kami mengusulkan agar bisa membahas lebih lanjut asumsi ini dengan melihat perkembangan terakhir dan seberapa jauh dinamika perekonomian global," kata Menkeu saat rapat dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Selasa malam.

Menkeu memastikan asumsi pertumbuhan akan diputuskan secara realistis sesuai dengan kondisi terakhir dan kesepakatan dengan DPR RI, karena angka 5,5 persen sudah dirasakan tidak memadai lagi dalam memotret kondisi perekonomian 2016.

Namun, menurut dia, asumsi pertumbuhan ekonomi 2016 yang sebelumnya ditetapkan 5,5 persen dalam RAPBN masih bisa tercapai, dengan persyaratan kondisi global tidak lagi menekan perekonomian domestik secara drastis.

"Asumsi 5,5 persen dengan pembuktian global akan membaik, karena bisa memperbaiki performa ekspor dan investasi. Investasi itu didorong swasta maupun pemerintah. Sementara, konsumsi harus tetap kuat dan stabil," kata Menkeu.

Menkeu mengatakan pembenahan akan dilakukan bersama dengan upaya pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat agar konsumsi rumah tangga bisa memberikan kontribusi yang signifikan dalam pertumbuhan ekonomi pada 2016.

"Untuk menjaga konsumsi tetap stabil, maka inflasi harus dijaga serta mendorong implementasi program-program yang terkait kesejahteraan rakyat dan perlindungan sosial, selain kebijakan terkait pendapatan tidak kena pajak," katanya.

Pertumbuhan ekonomi nasional yang melambat hingga akhir 2015 akibat tekanan dari kelesuan perekonomian global membuat proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2016 tidak seoptimistis yang diperkirakan oleh pemerintah dan Bank Indonesia.

Bank Indonesia bahkan kembali merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2016 dari sebelumnya pada kisaran 5,3 persen-5,7 persen menjadi 5,2 persen-5,6 persen, karena masih adanya ketidakpastian dalam perekonomian global.

"Kisaran 5,2 persen-5,6 persen tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan (kisaran awal) 5,4 persen-5,8 persen. Hal ini sejalan dengan rendahnya volume perdagangan dunia dan rendahnya harga komoditas," kata Gubernur BI Agus Martowardojo.

Kendati merevisi prediksi pertumbuhan ekonomi, Agus meyakini pertumbuhan ekonomi pada tahun depan memang relatif akan lebih baik dibandingkan tahun 2015 yang diproyeksikan hanya berada pada kisaran 4,7 persen-5,1 persen.