Korban "crane": kalau ibu meninggal di Makkah ikhlaskan
15 September 2015 10:26 WIB
Lebih dari seratus orang tewas, termasuk calon haji dari Indonesia, dan ratusan lainnya terluka, ketika crane jatuh dari plafon Masjidil Haram di Makkah, Arab Saudi, Jumat, 11 September 2015. (ANTARA News/Kementerian Agama-HO)
Lubuk Basung, Sumbar (ANTARA News) - Salah seorang korban meninggal tertimpa crane di Masjidil Haram, Jumat (11/9), Nurhayati Rasyad Usman (65) berpesan agar diikhlaskan jika meninggal di Makkah.
Anggota jemaah asal Kabupaten Agam Sumatera Barat itu sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, kepada ke tiga orang anaknya berpesan agar mengikhlaskannya apabila dipanggil Sang Khalik di Tanah Suci.
"Pesan itu disampaikan ibu menjelang keberangkatan menunaikan ibadah haji pada kloter IV," kata anak sulung korban, Irwan Syahputra (35) di Lubuk Basung, Selasa.
Pesan lain yang tidak bisa dilupakan pada saat-saat terakhir pertemuan itu adalah agar tetap akur dengan kedua adiknya dan selalu mendoakannya.
Irwan Syahputra dan dua orang adiknya mendapat kabar duka tersebut pertama kali dari pembimbing manasik haji Asifa Kota Bukittinggi, Abu Bakar, pada Sabtu (12/9) sekitar pukul 23:00 WIB.
Saat itu, Abu Bakar mengatakan bahwa Nurhayati merupakan salah seorang korban jatuhnya crane di Masjidil Haram.
"Dengan kejadian ini, seperti pesan ibu sebelumnya kami mengikhlaskan kepergian ibu dan mudah-mudahan ditempatkan di tempat yang layak dan diampuni segala dosanya," katanya.
Ia menambahkan, ibunya berangkat menunaikan ibadah haji dengan 257 calon haji lainnya dari Kota Bukittinggi pada 24 Agustus 2015.
Nurhayati mendaftar haji pada September 2009 melalui Kota Bukittinggi dengan suaminya. "Namun ayah telah meninggal empat tahun lalu akibat menderita penyakit," kata Irwan menjelaskan.
"Ibu sudah pindah kartu keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dari Kabupaten Agam ke Kota Bukittinggi, dengan cara masuk ke KK anak kakaknya beberapa tahun lalu," lanjut dia.
Sementara daerah asal korban adalah Jorong Banda Tangah, Nagari Bayua, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam.
Anggota jemaah asal Kabupaten Agam Sumatera Barat itu sebelum berangkat menunaikan ibadah haji, kepada ke tiga orang anaknya berpesan agar mengikhlaskannya apabila dipanggil Sang Khalik di Tanah Suci.
"Pesan itu disampaikan ibu menjelang keberangkatan menunaikan ibadah haji pada kloter IV," kata anak sulung korban, Irwan Syahputra (35) di Lubuk Basung, Selasa.
Pesan lain yang tidak bisa dilupakan pada saat-saat terakhir pertemuan itu adalah agar tetap akur dengan kedua adiknya dan selalu mendoakannya.
Irwan Syahputra dan dua orang adiknya mendapat kabar duka tersebut pertama kali dari pembimbing manasik haji Asifa Kota Bukittinggi, Abu Bakar, pada Sabtu (12/9) sekitar pukul 23:00 WIB.
Saat itu, Abu Bakar mengatakan bahwa Nurhayati merupakan salah seorang korban jatuhnya crane di Masjidil Haram.
"Dengan kejadian ini, seperti pesan ibu sebelumnya kami mengikhlaskan kepergian ibu dan mudah-mudahan ditempatkan di tempat yang layak dan diampuni segala dosanya," katanya.
Ia menambahkan, ibunya berangkat menunaikan ibadah haji dengan 257 calon haji lainnya dari Kota Bukittinggi pada 24 Agustus 2015.
Nurhayati mendaftar haji pada September 2009 melalui Kota Bukittinggi dengan suaminya. "Namun ayah telah meninggal empat tahun lalu akibat menderita penyakit," kata Irwan menjelaskan.
"Ibu sudah pindah kartu keluarga (KK) dan Kartu Tanda Penduduk (KTP) dari Kabupaten Agam ke Kota Bukittinggi, dengan cara masuk ke KK anak kakaknya beberapa tahun lalu," lanjut dia.
Sementara daerah asal korban adalah Jorong Banda Tangah, Nagari Bayua, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam.
Pewarta: Eko Fajri
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: