Penyu sisik mulai punah di Pulau Bangka
14 September 2015 22:47 WIB
ilustrasi Gerakan Save Our Tukik Seekor tukik berjalan menuju pantai usai dlepas liarkan di kawasan Pantai Serang, Blitar, Jawa Timur, Minggu (13/9). (ANTARA FOTO/Irfan Anshori)
Koba (ANTARA News) - Penyu jenis sisik dan hijau mulai punah di Pulau Bangka, Provinsi Bangka Belitung karena habitatnya terganggu oleh aktivitas manusia di laut.
Pengelola Penangkaran Penyu Desa Guntung, Kabupaten Bangka Tengah, Rudi di Koba, Senin, mengatakan untuk meningkatkan populasi penyu sisik dan hijau pihaknya harus membeli telur penyu tersebut dari para nelayan untuk dilakukan proses penetasan.
"Kami membeli telur penyu tersebut, setelah diretas kemudian kami tebar pada sejumlah pulau di daerah ini dan pulau tersebut ditetapkan sebagai kawasan pembudidayaan penyu," ujarnya.
Ia mengatakan, untuk mendapatkan telur penyu sisik dan hijau tersebut sangat sulit sehingga pihaknya harus membeli dari para nelayan yang kebetulan menemukan telur penyu itu saat melaut.
"Kelangkaan penyu jenis sisik dan hijau ini tidak heran lagi, karena habitatnya sudah terganggu sehingga memilih pindah ke tempat lain," ujarnya.
Ia mengatakan, penyu merupakan hewan yang harus dilindungi dan dibudidayakan untuk menghindari dari kepunahan.
"Justeru itu, Penangkaran Penyu yang khusus dibawah binaan Dinas Perikanan dan Kelautan Bangka Tengah sangat fokus melakukan penangkaran untuk menghindari dari kepunahan," ujarnya.
Ia menjelaskan, anak penyu yang berhasil diretas dari telurnya akan dipelihara selama minimal tiga bulan baru kemudian dilepas ke laut.
"Kalau umurnya sudah tiga bulan, maka sudah bisa dilepas ke habitatnya untuk hidup dan berkembang biak," ujarnya.
Pengelola Penangkaran Penyu Desa Guntung, Kabupaten Bangka Tengah, Rudi di Koba, Senin, mengatakan untuk meningkatkan populasi penyu sisik dan hijau pihaknya harus membeli telur penyu tersebut dari para nelayan untuk dilakukan proses penetasan.
"Kami membeli telur penyu tersebut, setelah diretas kemudian kami tebar pada sejumlah pulau di daerah ini dan pulau tersebut ditetapkan sebagai kawasan pembudidayaan penyu," ujarnya.
Ia mengatakan, untuk mendapatkan telur penyu sisik dan hijau tersebut sangat sulit sehingga pihaknya harus membeli dari para nelayan yang kebetulan menemukan telur penyu itu saat melaut.
"Kelangkaan penyu jenis sisik dan hijau ini tidak heran lagi, karena habitatnya sudah terganggu sehingga memilih pindah ke tempat lain," ujarnya.
Ia mengatakan, penyu merupakan hewan yang harus dilindungi dan dibudidayakan untuk menghindari dari kepunahan.
"Justeru itu, Penangkaran Penyu yang khusus dibawah binaan Dinas Perikanan dan Kelautan Bangka Tengah sangat fokus melakukan penangkaran untuk menghindari dari kepunahan," ujarnya.
Ia menjelaskan, anak penyu yang berhasil diretas dari telurnya akan dipelihara selama minimal tiga bulan baru kemudian dilepas ke laut.
"Kalau umurnya sudah tiga bulan, maka sudah bisa dilepas ke habitatnya untuk hidup dan berkembang biak," ujarnya.
Pewarta: Ahmadi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: