Mobil tenaga surya ITS siap ikuti kompetisi di Australia
14 September 2015 19:43 WIB
Mobil Surya ITS Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir (memegang bendera) bersiap melepas mobil listrik bertenaga surya 'Widya Wahana V' buatan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang akan mengikuti uji coba Tour De Java Bali di Gedung BPPT II, Jakarta, Senin (17/8). Mobil surya yang dapat dipacu dengan kecepatan maksimal 150 km per jam ini rencananya juga akan diikutkan pada World Solar Challenge 2015 di Australia pada Oktober 2015. (ANTARA FOTO/Virna Puspa Setyorini)
Surabaya (ANTARA News) - Mobil tenaga surya buatan tim Institut Teknologi Sepuluh November Solar Car Racing Team yang dinamakan Widya Wahana V siap mengikuti kompetisi di Australia, 18-25 Oktober 2015.
"Sebelumnya pada 17 Agustus 2015, WW 5 telah melakukan Tour de Java Bali dengan pitstop di beberapa kota besar yang dilalui seperti Jakarta yang menjadi start, Semarang, Banyuwangi, dan Denpasar sebagai finish, dari situlah ada proses pembelajaran dari mahasiswa untuk membuat WW 5 ini," kata dosen pembimbing tim ITS Solar Car Racing Team Nur Yuniarto seusai launching mobil WW 5, Senin.
Ia mengatakan sebelum diikutsertakan ke kompetisi WSC Australia 2015, pihaknya mengalami proses pembelajaran mulai dari kesalahan perhitungan, desain, sampai kesalahan fabric yang telah terjadi, sehingga pihaknya harus membenahinya terlebih dulu.
"Kendalanya mulai dari kesalahan perhitungan, desain, sampai kesalahan fabric yang telah terjadi dan telah kami benahi dengan Spesifikasi motor dari WW 5 yaitu dengan kekuatan 2x2 kW dan memiliki jarak tempuh 700 km per charge," tuturnya.
Menurut dia, dua hari sebelumnya, WW 5 juga telah melakukan uji coba di jalan tol Juanda dengan kecepatan maksimal 110 km per jam dengan target kecepatan 150 km per jam, namun karena jalanan tol Juanda yang tidak memungkinkan untuk menempuh kecepatan tersebut, maka WW 5 hanya melaju pada kecepatan 110 km per jam.
"Yang bermasalah kemarin karena gagal di launching adalah arm dari kaki yang desainnya memang lemah, sedangkan untuk sumber tenaga dibantu dengan panel surya yang diletakkan di atas badan mobil dan jenis sel panel surya yang dipakai adalah mono cristalline silicon solar cells yang mampu menghasilkan tenaga listrik sebesar 1.035 watt," paparnya.
Sumber listrik ini, lanjutnya bisa langsung diubah menjadi tenaga gerak dan sebagian disimpan pada baterai lithium-ion high capacity dengan besaran kapasitas 97,2 volt DC, 15 kwh dan motornya menggunakan BLDC 12-2 kW.
"Untuk persiapan lomba, saat ini kami masih menyerahkan final dokumen sambil mencari cargo yang bisa membawa mobil WW 5 ke Australia, jadi kemarin ada pihak sponsor yang menawari tetapi mengundurkan diri, sehingga saat ini kami masih mencari, sedangkan untuk persiapan teknis dan non teknis dari persiapan tim yang beranggotakan 20 orang tidak ada masalah," paparnya.
Di sisi lain, Manager Tim Teknik Mesin WW 5, Alfan Nugraha mengatakan desain interior mobil WW 5 masih sederhana dengan dua tempat duduk, yaitu untuk pengemudi dan navigator, tidak menggunakan persneling serta mengandalkan pedal gas dan rem, sedangkan untuk mendukung navigasi telah ditambahkan kamere di belakang body sebagai pengganti spion.
"Mobil WW 5 memiliki berat kurang lebih 280 kilogram. Sebelumnya, sudah melakukan uji coba Tour de Java-Bali dengan rute yang ditempuh adalah Jakarta, Semarang, Banyuwangi, dan Denpasar dengan jarak total sekira 1.200 kilometer serta tantangan saat bertanding di WSC 2015 adalah mengelola tenaga surya," paparnya.
Tantangan yang diberikan oleh WSC 2015 kali ini, lanjutnya adalah dapat menyelesaikan perjalanan dalam jangka waktu maksimal enam hari dengan jam race hanya sembilan jam (08.00-17.00 waktu setempat) per harinya.
Sementara itu, Rektor ITS, Joni Hermana MScES mengatakan bercermin dari kompetisi Student Formula Japan 2015 di Tokyo beberapa waktu yang lalu, kali ini ITS tidak ingin mengulang kesalahan yang sama.
"Waktu di ajang Student Formula Japan beberapa waktu yang lalu, kami didiskualifikasi hanya karena satu tetes oli saja. Hal tersebut mengajarkan kita untuk siap dalam segala kondisi yang tidak terduga," tutur Joni.
Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa poin penting dari kompetisi tersebut adalah mengalahkan diri sendiri dengan harus disiplin agar menciptakan tim yang solid serta menjaga kesehatan karena lokasi kompetisi di daerah Australia saat ini tandus, sehingga akan mudah untuk dehidrasi.
"Jika bisa mengalahkan diri sendiri dengan harus disiplin, maka ego dari masing-masing anggota bisa dikalahkan, sehingga tim bisa solid serta ditambah dengan tantangan suhu Australia yang cukup ekstrem, yaitu berkisar antara 20-30 derajat celcius," paparnya.
"Sebelumnya pada 17 Agustus 2015, WW 5 telah melakukan Tour de Java Bali dengan pitstop di beberapa kota besar yang dilalui seperti Jakarta yang menjadi start, Semarang, Banyuwangi, dan Denpasar sebagai finish, dari situlah ada proses pembelajaran dari mahasiswa untuk membuat WW 5 ini," kata dosen pembimbing tim ITS Solar Car Racing Team Nur Yuniarto seusai launching mobil WW 5, Senin.
Ia mengatakan sebelum diikutsertakan ke kompetisi WSC Australia 2015, pihaknya mengalami proses pembelajaran mulai dari kesalahan perhitungan, desain, sampai kesalahan fabric yang telah terjadi, sehingga pihaknya harus membenahinya terlebih dulu.
"Kendalanya mulai dari kesalahan perhitungan, desain, sampai kesalahan fabric yang telah terjadi dan telah kami benahi dengan Spesifikasi motor dari WW 5 yaitu dengan kekuatan 2x2 kW dan memiliki jarak tempuh 700 km per charge," tuturnya.
Menurut dia, dua hari sebelumnya, WW 5 juga telah melakukan uji coba di jalan tol Juanda dengan kecepatan maksimal 110 km per jam dengan target kecepatan 150 km per jam, namun karena jalanan tol Juanda yang tidak memungkinkan untuk menempuh kecepatan tersebut, maka WW 5 hanya melaju pada kecepatan 110 km per jam.
"Yang bermasalah kemarin karena gagal di launching adalah arm dari kaki yang desainnya memang lemah, sedangkan untuk sumber tenaga dibantu dengan panel surya yang diletakkan di atas badan mobil dan jenis sel panel surya yang dipakai adalah mono cristalline silicon solar cells yang mampu menghasilkan tenaga listrik sebesar 1.035 watt," paparnya.
Sumber listrik ini, lanjutnya bisa langsung diubah menjadi tenaga gerak dan sebagian disimpan pada baterai lithium-ion high capacity dengan besaran kapasitas 97,2 volt DC, 15 kwh dan motornya menggunakan BLDC 12-2 kW.
"Untuk persiapan lomba, saat ini kami masih menyerahkan final dokumen sambil mencari cargo yang bisa membawa mobil WW 5 ke Australia, jadi kemarin ada pihak sponsor yang menawari tetapi mengundurkan diri, sehingga saat ini kami masih mencari, sedangkan untuk persiapan teknis dan non teknis dari persiapan tim yang beranggotakan 20 orang tidak ada masalah," paparnya.
Di sisi lain, Manager Tim Teknik Mesin WW 5, Alfan Nugraha mengatakan desain interior mobil WW 5 masih sederhana dengan dua tempat duduk, yaitu untuk pengemudi dan navigator, tidak menggunakan persneling serta mengandalkan pedal gas dan rem, sedangkan untuk mendukung navigasi telah ditambahkan kamere di belakang body sebagai pengganti spion.
"Mobil WW 5 memiliki berat kurang lebih 280 kilogram. Sebelumnya, sudah melakukan uji coba Tour de Java-Bali dengan rute yang ditempuh adalah Jakarta, Semarang, Banyuwangi, dan Denpasar dengan jarak total sekira 1.200 kilometer serta tantangan saat bertanding di WSC 2015 adalah mengelola tenaga surya," paparnya.
Tantangan yang diberikan oleh WSC 2015 kali ini, lanjutnya adalah dapat menyelesaikan perjalanan dalam jangka waktu maksimal enam hari dengan jam race hanya sembilan jam (08.00-17.00 waktu setempat) per harinya.
Sementara itu, Rektor ITS, Joni Hermana MScES mengatakan bercermin dari kompetisi Student Formula Japan 2015 di Tokyo beberapa waktu yang lalu, kali ini ITS tidak ingin mengulang kesalahan yang sama.
"Waktu di ajang Student Formula Japan beberapa waktu yang lalu, kami didiskualifikasi hanya karena satu tetes oli saja. Hal tersebut mengajarkan kita untuk siap dalam segala kondisi yang tidak terduga," tutur Joni.
Lebih lanjut dia mengungkapkan bahwa poin penting dari kompetisi tersebut adalah mengalahkan diri sendiri dengan harus disiplin agar menciptakan tim yang solid serta menjaga kesehatan karena lokasi kompetisi di daerah Australia saat ini tandus, sehingga akan mudah untuk dehidrasi.
"Jika bisa mengalahkan diri sendiri dengan harus disiplin, maka ego dari masing-masing anggota bisa dikalahkan, sehingga tim bisa solid serta ditambah dengan tantangan suhu Australia yang cukup ekstrem, yaitu berkisar antara 20-30 derajat celcius," paparnya.
Pewarta: Indra S/Laily W
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015
Tags: