Pertamina tak berencana naikkan harga pelumas
13 September 2015 13:39 WIB
Dua pekerja melihat kemasan pelumas yang akan diekspor oleh Lubricant Production Unit Jakarta, di Tanjung Priuk, Jakarta Utara, Senin ( 18/4). (ANTARA/ Ujang Zaelani)
Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina Lubricants menyatakan belum berencana menaikkan harga jual produk pelumas kendati pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sangat mempengaruhi biaya produksi.
"Sempat kepikiran untuk naik, namun kondisi ekonomi sedang berat jadi kami mempertimbangkan untuk tidak naik karena belum tentu menaikkan harga akan menjadi untung, bisa-bisa merugi karena pelanggan kecewa," kata Andria Nusa Direktur Sales & Marketing Pertamina Lubricants ketika meninjau proses membuatan Toyota Motor Oil (TMO) Lubricant di Gresik, Jawa Timur, akhir pekan ini.
Andria Nusa menjelaskan depresiasi rupiah sangat mempengaruhi biaya produksi karena pembelian minyak mentah menyesuaikan harga minyak dunia yang menggunakan kurs dolar kendati transaksinya sudah menggunakan rupiah.
"Sangat berpengaruh karena 90 persen dari pembelian mengikuti nilai dolar AS, misalnya untuk pembelian crude oil," ujar Andria Nusa. "Uang yang dikeluarkan sama, hanya bentuk transaksinya yang beda."
Andria Nusa menekankan Pertamina lebih baik melakukan efisiensi daripada menaikkan harga jual demi kepuasan pelanggan.
Saat ini kebutuhan pelumas secara total untuk pasar Indonesia adalah 750 juta liter per tahun.
Andria Nusa menjelaskan berdasarkan survei sebuah lembaga, perusahaan minyak negara itu menguasai 60 persen total pasar pelumas nasional baik segmen ritel maupun industri.
"Sempat kepikiran untuk naik, namun kondisi ekonomi sedang berat jadi kami mempertimbangkan untuk tidak naik karena belum tentu menaikkan harga akan menjadi untung, bisa-bisa merugi karena pelanggan kecewa," kata Andria Nusa Direktur Sales & Marketing Pertamina Lubricants ketika meninjau proses membuatan Toyota Motor Oil (TMO) Lubricant di Gresik, Jawa Timur, akhir pekan ini.
Andria Nusa menjelaskan depresiasi rupiah sangat mempengaruhi biaya produksi karena pembelian minyak mentah menyesuaikan harga minyak dunia yang menggunakan kurs dolar kendati transaksinya sudah menggunakan rupiah.
"Sangat berpengaruh karena 90 persen dari pembelian mengikuti nilai dolar AS, misalnya untuk pembelian crude oil," ujar Andria Nusa. "Uang yang dikeluarkan sama, hanya bentuk transaksinya yang beda."
Andria Nusa menekankan Pertamina lebih baik melakukan efisiensi daripada menaikkan harga jual demi kepuasan pelanggan.
Saat ini kebutuhan pelumas secara total untuk pasar Indonesia adalah 750 juta liter per tahun.
Andria Nusa menjelaskan berdasarkan survei sebuah lembaga, perusahaan minyak negara itu menguasai 60 persen total pasar pelumas nasional baik segmen ritel maupun industri.
Pewarta: Alviansyah Pasaribu
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015
Tags: