Akibat asap, jumlah wisatawan ke Bukittinggi turun
12 September 2015 17:04 WIB
Dokumen foto panorama Ngarai Sianok Bukittinggi, Sumatera Barat. Tiga minggu terakhir ini kawasan tersebut diselimuti kabut asap akibat kebakaran hutan. (ANTARA/Iggoy el Fitra)
Bukittinggi (ANTARA News) - Jumlah kunjungan wisatawan ke objek wisata Ngarai Sianok di Bukitinggi, Sumatera Barat (Sumbar), turun sejak daerah itu diselimuti kabut asap dalam tiga pekan terakhir, kata Petugas Pengelola Objek Wisata Ngarai Sianok, Burhan.
"Biasanya jumlah kunjungan mencapai 800 orang pada hari libur dan akhir pekan, saat ini hanya sekitar 600 orang," ujarnya di Bukittinggi, Sabtu.
Ia mengatakan, kabut asap membuat pemandangan alam Ngarai Sianok yang indah tidak lagi dapat dilihat, dan membuat sesak nafas pengunjung.
"Pada hari biasa saja kunjungan mencapai 400 orang sekarang hanya 100 orang, dan sebagian besar berasal dari Malaysia," katanya.
Ia menyampaikan, tarif masuk ke obyek wisata Ngarai Sianok senilai Rp5.000 pada hari biasa dan Rp8.000 ketika libur, masing-masing per orang.
Gafur, salah seorang pengunjung asal Pekanbaru, mengatakan bahwa kabut asap membuat Ngarai Sianok menjadi kurang menarik dikunjungi karena pemandangannya tertutup.
"Kalau cuaca cerah pemandangan alamnya bagus. Sekarang tidak kelihatan karena terhalang kabut," ujarnya.
Ia juga mengaku khawatir terhadap kondisi kesehatan karena kualitas udara yang dinilai buruk.
Staf Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sicincin Rizki mengatakan, berdasarkan hasil pengamatan Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang pada pukul 13.00 WIB, indeks partikel dalam udara mencapai 159ug/m3 atau masuk kategori tidak sehat.
Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) mengemukakan kabut asap yang menyelimuti sejumlah wilayah di Sumatera telah menimbulkan kerugian pada sektor pariwisata mencapai Rp5 miliar per hari.
"Jumlah kunjungan turis ke Riau, Jambi dan Sumatera Selatan yang dilanda kabut asap mencapai 5.000 orang setiap hari. Kalau satu orang berbelanja Rp1 juta, maka dunia pariwisata kehilangan uang Rp5 miliar per hari," kata Ketua Umum Asita Asnawi Bahar.
Menurut dia, jika kabut asap terjadi dalam jangka panjang, maka menimbulkan dampak luar biasa terutama pada sektor ekonomi kerakyatan dan usaha kecil dan menengah.
Asita minta pemerintah pusat serius menanggulangi kabut asap karena yang akan terdampak adalah rakyat kecil, katanya menambahkan.
"Biasanya jumlah kunjungan mencapai 800 orang pada hari libur dan akhir pekan, saat ini hanya sekitar 600 orang," ujarnya di Bukittinggi, Sabtu.
Ia mengatakan, kabut asap membuat pemandangan alam Ngarai Sianok yang indah tidak lagi dapat dilihat, dan membuat sesak nafas pengunjung.
"Pada hari biasa saja kunjungan mencapai 400 orang sekarang hanya 100 orang, dan sebagian besar berasal dari Malaysia," katanya.
Ia menyampaikan, tarif masuk ke obyek wisata Ngarai Sianok senilai Rp5.000 pada hari biasa dan Rp8.000 ketika libur, masing-masing per orang.
Gafur, salah seorang pengunjung asal Pekanbaru, mengatakan bahwa kabut asap membuat Ngarai Sianok menjadi kurang menarik dikunjungi karena pemandangannya tertutup.
"Kalau cuaca cerah pemandangan alamnya bagus. Sekarang tidak kelihatan karena terhalang kabut," ujarnya.
Ia juga mengaku khawatir terhadap kondisi kesehatan karena kualitas udara yang dinilai buruk.
Staf Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Sicincin Rizki mengatakan, berdasarkan hasil pengamatan Stasiun Pemantau Atmosfer Global Bukit Kototabang pada pukul 13.00 WIB, indeks partikel dalam udara mencapai 159ug/m3 atau masuk kategori tidak sehat.
Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) mengemukakan kabut asap yang menyelimuti sejumlah wilayah di Sumatera telah menimbulkan kerugian pada sektor pariwisata mencapai Rp5 miliar per hari.
"Jumlah kunjungan turis ke Riau, Jambi dan Sumatera Selatan yang dilanda kabut asap mencapai 5.000 orang setiap hari. Kalau satu orang berbelanja Rp1 juta, maka dunia pariwisata kehilangan uang Rp5 miliar per hari," kata Ketua Umum Asita Asnawi Bahar.
Menurut dia, jika kabut asap terjadi dalam jangka panjang, maka menimbulkan dampak luar biasa terutama pada sektor ekonomi kerakyatan dan usaha kecil dan menengah.
Asita minta pemerintah pusat serius menanggulangi kabut asap karena yang akan terdampak adalah rakyat kecil, katanya menambahkan.
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2015
Tags: