Palangka Raya (ANTARA News) - Satuan Tugas Tim Penanggulangan Kebakaran lahan dan Hutan (Kalahut) Provinsi Kalimantan Tengah meminta mesin penyedot asap pekat.

Mesin tersebut milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan sudah pernah digunakan di Sumatera Selatan, kata Komandan Satgas Tim Penanggulangan Kalahut Kalteng Kolonel Arh Purwo Sudaryanto di Palangka Raya, Jumat.

"Kami sedang membuat dan akan segera mengirimkan surat kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) agar meminjamkan mesin penyedot asap tersebut kepada BPPT," ucapnya.

Purwo yang juga Danrem 102 Panju Panjung itu menyebut mesin penyedot asap tersebut nantinya akan ditempatkan di sekitar Bandara Tjilik Riwut, agar penerbangan dari dan menuju Palangka Raya tidak terganggu.

Dia mengatakan jadwal penerbangan di Bandara Tjilik Riwut sekarang ini terganggu karena kabut asap yang semakin pekat dan berdampak pada pendeknya jarak pandang, yakni 500 meter.

"Kalau memungkinkan, alat penyedot asap itu tidak hanya di Bandara, tapi juga lokasi lainnya. Tapi, kita sementara ini memprioritaskan di Bandara Tjilik Riwut agar tetap beroperasi," katanya.

Komandan Satgas Tim Penanggulangan Kalahut Kalteng itu mengusulkan helicopter water bombing Mi8 yang telah diberikan BNPB ke provinsi ini dalam menanggulangi kebakaran lahan dan hutan agar diganti dengan jenis lain.

Untuk memadamkan lahan maupun hutan yang terbakar sulit dijangkau tim darat, tiga helicopter diberikan BNPB untuk memmbantu. Hanya, satu Helicopter jenis Mi1 tidak bisa beroperasi karena jarak pandang kurang dari 1000 meter.

"Daripada helicopter tersebut hanya parkir di Bandara, lebih baik diganti dengan jenis lain. Ini juga akan kami usulkan kepada BNPB. Intinya, Kami akan melakukan apa saja agar kabut asap bisa ditanggulangi," demikian Purwo.