Seniman mancanegara ikut meriahkan Festival Payung Indonesia 2015
10 September 2015 16:22 WIB
Ilsutrasi- Festival Payung Indonesia Pengunjung mengunjungi Festival Payung Indonesia 2014 di Taman Balekambang, Solo, Jateng, Jumat (28/11). Acara yang digelar 28-30 November itu memamerkan beragam aplikasi elemen payung dalam seni instalasi, lukis, dan fesyen. (ANTARA FOTO/Andika Betha)
Solo (ANTARA News) - Sejumlah seniman dan pengrajin dari luar negeri akan ikut memeriahkan Festival Payung Indonesia 2015 yang digelar di Taman Balekambang Solo, Jawa Tengah pada 11-13 September.
Ketua Panitia Penyelenggara FPI 2015, Heru Mataya, di Solo, Kamis, mengatakan berbeda dari tahun lalu yang hanya diikuti peserta dari dalam negeri, festival tahun melibatkan seniman dan pengrajin dari Thailand, Jepang, dan Tiongkok.
Festival tahun ini mengambil tema "Umbrella Reborn", dengan peserta dalam negeri antara lain dari Kabupaten Bau Bau (Sulawesi Tenggara), Palu (Sulawesi Tengah), Kuantan Singingi (Riau), dan Padangpanjang (Sumatera Barat).
Seterusnya, peserta dari Bengkulu, DKI Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Yogyakarta Banyumas, Solo, Pekalongan, Klaten, Bali dan Malang.
Heru menjelaskan seniman dan pengrajin payung dari luar negeri juga dilibatkan agar peserta dan masyarakat mengenal budaya masing-masing negara.
Para seniman dan pengrajin dari Tiongkok, Thailand, dan Jepang akan memperagakan cara membuat kerajinan payung mereka di hadapan peserta workshop yang merupakan bagian dari agenda festival.
Chen Mi, salah satu pengrajin payung asal Tiongkok mengatakan, pihaknya sangat bangga dapat mengikuti Festival Payung Indonesia. Menurut dia, Indonesia telah berupaya dengan baik untuk melestarikan payung tradisionalnya.
Di Tiongkok, ujarnya, payung tradisional kini hanya menjadi cendera mata. Ia berpendapat, pelestarian perlu dilakukan dengan mengkombinasikan payung tradisional dengan unsur modern.
"Payung tradisional Tiongkok sudah digunakan masyarakat sejak 500 tahun lalu. Dan, sekarang harus diperbarui atau kombinasi payung modern," ujarnya.
Ia pun berharap dapat belajar banyak soal payung tradisional Indonesia.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, Eny Tyasni Susana berharap festival payung mampu menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara..
"Festival Payung Indonesia 2014 selama tiga hari dikunjungi sekitar 25 ribu orang. Tahun ini lebih menarik dan go international sehingga pengunjung diharapkan meningkat dibanding tahun sebelumnya," kata Eny.
Festival Payung 2015 digelar oleh Mataya Arts dan Heritage bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surakarta, didukung Kementerian Pariwisata dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Ketua Panitia Penyelenggara FPI 2015, Heru Mataya, di Solo, Kamis, mengatakan berbeda dari tahun lalu yang hanya diikuti peserta dari dalam negeri, festival tahun melibatkan seniman dan pengrajin dari Thailand, Jepang, dan Tiongkok.
Festival tahun ini mengambil tema "Umbrella Reborn", dengan peserta dalam negeri antara lain dari Kabupaten Bau Bau (Sulawesi Tenggara), Palu (Sulawesi Tengah), Kuantan Singingi (Riau), dan Padangpanjang (Sumatera Barat).
Seterusnya, peserta dari Bengkulu, DKI Jakarta, Bandung, Tasikmalaya, Yogyakarta Banyumas, Solo, Pekalongan, Klaten, Bali dan Malang.
Heru menjelaskan seniman dan pengrajin payung dari luar negeri juga dilibatkan agar peserta dan masyarakat mengenal budaya masing-masing negara.
Para seniman dan pengrajin dari Tiongkok, Thailand, dan Jepang akan memperagakan cara membuat kerajinan payung mereka di hadapan peserta workshop yang merupakan bagian dari agenda festival.
Chen Mi, salah satu pengrajin payung asal Tiongkok mengatakan, pihaknya sangat bangga dapat mengikuti Festival Payung Indonesia. Menurut dia, Indonesia telah berupaya dengan baik untuk melestarikan payung tradisionalnya.
Di Tiongkok, ujarnya, payung tradisional kini hanya menjadi cendera mata. Ia berpendapat, pelestarian perlu dilakukan dengan mengkombinasikan payung tradisional dengan unsur modern.
"Payung tradisional Tiongkok sudah digunakan masyarakat sejak 500 tahun lalu. Dan, sekarang harus diperbarui atau kombinasi payung modern," ujarnya.
Ia pun berharap dapat belajar banyak soal payung tradisional Indonesia.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta, Eny Tyasni Susana berharap festival payung mampu menarik perhatian wisatawan lokal maupun mancanegara..
"Festival Payung Indonesia 2014 selama tiga hari dikunjungi sekitar 25 ribu orang. Tahun ini lebih menarik dan go international sehingga pengunjung diharapkan meningkat dibanding tahun sebelumnya," kata Eny.
Festival Payung 2015 digelar oleh Mataya Arts dan Heritage bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surakarta, didukung Kementerian Pariwisata dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015
Tags: