Orangtua mulai larang anak sekolah hindari asap
10 September 2015 12:25 WIB
Ilustrasi-Kalteng Darurat Kabut Asap Perahu bermotor melintas di sekitar Jembatan KH Hasan Basri Sungai Barito yang diselimuti kabut asap di Muara Teweh, Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah, Rabu (9/9). Pemerintah setempat menaikan status Kalimantan Tengah menjadi darurat kabut asap. (ANTARA FOTO/Kasriadi)
Sampit, Kalteng (ANTARA News) - Makin pekatnya asap di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, membuat sebagian warga mulai melarang anak mereka sekolah karena takut anak mereka terserang penyakit akibat terhirup asap dan debu kebakaran lahan.
"Saya memilih meliburkan anak saya. Keselamatan dan kesehatan anak adalah yang utama. Dari pada sakit kalau dipaksakan sekolah, lebih baik tidak masuk sekolah dulu," kata Efendi, warga Sampit, Kamis.
Warga yang tinggal di Kecamatan Ketapang ini khawatir anaknya yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak, akan sakit jika terlalu banyak di luar ruangan saat bersekolah. Sebagai anak kecil, daya tahan anaknya tidak sekuat orang dewasa sehingga rawan sakit akibat asap.
Saat ini sudah banyak masyarakat yang mengeluh sakit infeksi saluran pernafasan akut akibat terhirup asap. Untuk menghindari penyakit, warga menggunakan masker saat berada di luar ruangan.
Asap cukup parah terjadi pada pagi dan beberapa hari terakhir makin parah. Asap mulai berkurang pada siang hari setelah tiupan angin cukup kencang sehingga mampu mengurangi konsentrasi dan kepekatan asap.
Kepala Dinas Pendidikan Kotim, Suparmadi saat dikonfirmasi menjelaskan, sampai Kamis pagi pihaknya belum membuat kebijakan meliburkan sekolah. Alasannya karena kondisi saat ini masih disiasati dengan mengundur jam pelajaran sekolah.
"Untuk TK dan SD, waktu masuk sekolah diundur menjadi pukul 08:00 WIB, sedangkan waktu pulangnya disesuaikan. Daerah lain yang meliburkan sekolah, jangan dijadikan patokan karena kondisi di daerah kita berbeda. Kualitas udara di Sampit tidak sehat, sedangkan di Palangka Raya sudah berbahaya, makanya sekolah di sana diliburkan," jelas Suparmadi.
Tidak semua kecamatan di Kotim dilanda asap yang parah. Untuk itulah kebijakan yang diambil saat ini adalah kelonggaran waktu masuk sekolah. Namun jika kabut asap terus bertambah parah, kebijakan itu akan dievaluasi secepatnya.
"Saya memilih meliburkan anak saya. Keselamatan dan kesehatan anak adalah yang utama. Dari pada sakit kalau dipaksakan sekolah, lebih baik tidak masuk sekolah dulu," kata Efendi, warga Sampit, Kamis.
Warga yang tinggal di Kecamatan Ketapang ini khawatir anaknya yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak, akan sakit jika terlalu banyak di luar ruangan saat bersekolah. Sebagai anak kecil, daya tahan anaknya tidak sekuat orang dewasa sehingga rawan sakit akibat asap.
Saat ini sudah banyak masyarakat yang mengeluh sakit infeksi saluran pernafasan akut akibat terhirup asap. Untuk menghindari penyakit, warga menggunakan masker saat berada di luar ruangan.
Asap cukup parah terjadi pada pagi dan beberapa hari terakhir makin parah. Asap mulai berkurang pada siang hari setelah tiupan angin cukup kencang sehingga mampu mengurangi konsentrasi dan kepekatan asap.
Kepala Dinas Pendidikan Kotim, Suparmadi saat dikonfirmasi menjelaskan, sampai Kamis pagi pihaknya belum membuat kebijakan meliburkan sekolah. Alasannya karena kondisi saat ini masih disiasati dengan mengundur jam pelajaran sekolah.
"Untuk TK dan SD, waktu masuk sekolah diundur menjadi pukul 08:00 WIB, sedangkan waktu pulangnya disesuaikan. Daerah lain yang meliburkan sekolah, jangan dijadikan patokan karena kondisi di daerah kita berbeda. Kualitas udara di Sampit tidak sehat, sedangkan di Palangka Raya sudah berbahaya, makanya sekolah di sana diliburkan," jelas Suparmadi.
Tidak semua kecamatan di Kotim dilanda asap yang parah. Untuk itulah kebijakan yang diambil saat ini adalah kelonggaran waktu masuk sekolah. Namun jika kabut asap terus bertambah parah, kebijakan itu akan dievaluasi secepatnya.
Pewarta: Norjani
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015
Tags: