Mekkah (ANTARA News) - Untuk menjaga keamanan jamaah terutama dari potensi tersasar di sekitar Masjidil Haram maupun kota suci, Mekkah, Panitia Penyelenggaraan Ibadah Haji (PPIH) menyiapkan enam lapis identitas yang diberikan kepada jamaah agar dibawa atau dikenakan ketika keluar pemondokan.

"Kami siapkan berlapislah," kata Kepala Daerah Kerja (Daker) Mekkah, PPIH 1436H/2015M, Arsyad Hidayat, di Mekkah, Arab Saudi, Selasa, menanggapi pertanyaan terkait perlindungan dan antisipasi jamaah tersasar di Kota Suci tersebut.

Lapisan identitas yang diberikan kepada jamaah selama berada di Mekkah, antara lain gelang besi yang antara lain berisi nama, nomor passpor dan nomor kloter jamaah. Kemudian ada gelang dari tim kesehatan terutama untuk jamaah yang berusia 60 tahun ke atas yang terdiri dari warna merah (untuk jamaah yang sakit), kuning (jamaah yang memiliki riwayat kesehatan), dan hijau (jamaah dalam kondisi sehat).

"Jadi kalau jamaah ditemukan oleh tim kesehatan, bisa diketahui kondisi jamaah tersebut," katanya. Hal itu akan memudahkan penanganan ketika jamaah kelelahan atau jatuh sakit di luar sarana kesehatan.

Selain itu ada PPIH juga melengkapi jamaah dengan kartu alamat hotel, kartu nomor Bus Shalawat yang menandakan mereka menginap di pemondokan mana, kemudian sobekan DAPIH (dokumen administrasi perjalanan ibadah haji), serta gelang dari Maktab.

Arsyad menjelaskan di Mekkah, penanganan ibadah haji dikelola oleh muassasah. Indonesia masuk dalam muassasah Asia Tenggara, dan dalam pelaksanaan operasional Muassasah ditangani oleh maktab-maktab.

"Indonesia dikelola oleh 71 maktab dan setiap maktab mengelola sekitar 2.800 - 3.000 jamaah," katanya.

Oleh karena itu, lanjut Arsyad, bila jamaah dikasih gelang maktab agar dikenakan, karena itu juga identitas, karena dalam gelang tersebut dicantumkan nomor hotline yang bisa dihubungi bila ada jamaah yang tersasar.

"Jadi kalau (kesasar) bertemu orang arab, bisa dilihat daripada gelang maktab. Ada nomor maktab, ketua maktabnya siapa, dan nomor kontak yang bisa dihubungi," kata Arsyad.

Lebih jauh ia menegaskan bila jamaah keluar dari pemondokan, hendaklah membawa berbagai identitas tersebut, agar bila terjadi sesuatu bisa segera ditangani. "Walaupun kami tidak berharap ada jamaah tersasar, namun kenyataannya banyak," ujarnya.

Ia bahkan menemukan seorang jamaah tersasar tanpa identitas, sehingga menyulitkan mencari jejak asal jamaah tersebut. Namun akhirnya berhasil diidentifikasi jamaah itu berasal dari Lampung, kloter 5 embarkasi Jakarta-Pondok Gede (JKG).

"Kalau ketemu orang arab (jamaah tersasar itu) saya tidak yakin bisa ketemu alamat dan rumahnya. Tapi kalau ia bawa identitas-identitas itu dengan mudah dibantu baik oleh petugas kita maupun petugas Arab Saudi untuk mengantarkan ke hotelnya," kata Arsyad.