Ketua Gabungan Pencita Batu Alam (GAPBA), Nazaruddin, di Meulaboh, Minggu, mengatakan daya serap pembelian terhadap anek batu akik Aceh hanya berkisar dua persen. Kondisi itu membuat pengusaha tidak kuat menyelamatkan usaha mereka karena pengeluaran lebih besar dibanding pemasukan.
"Sekarang coba lihat Mall Meulaboh yang dulunya membludak penjual dan pembeli, hari ini sudah sepi. Masyarakat saat ini sudah terjepit perekonomian tentunya berdampak pada daya beli terhadap aneka batu alam," tegasnya. Orang lebih mengutamakan urusan perut.
Apakah batu akik sudah tidak ngetrend ?
Nazaruddin menjelaskan, selain dipengaruhi daya beli rendah, harga jual-beli batu akik juga tidak ada standarnya, tidak seperti intan.
Selain itu ada hal yang membuat harga bermacam jenis batu dari bumi Aceh terjun bebas. Itu adalah penjual batu akik bongkahan yang menggondol komoditas kerajinan ini ke luar Aceh bahkan luar negeri dengan harga jomplang murah.
yang sebelumnya bernilai jutaan rupiah, yakni masih adanya aktivitas penjualan batu berbentuk bongkahan keluar Aceh bahkan keluar negeri dengan harga bandrol.
Saat ini sudah lebih ratusan ton dikeluarkan dalam bentuk bongkahan keluar Aceh tanpa ada legalitas pemerintah.
Dia bukan asal mengeluarkan sinyalemen karena mereka telah memantau hal itu. Jika ini terus terjadi maka penghasilan perajin dan pebisnis batu akik setempat sangat terpukul.