Makkah (ANTARA News) - Tahun ini sekitar 168.800 jamaah dari Indonesia akan menunaikan ibadah haji di Tanah Suci, namun tidak semua bisa mendapatkan pengalaman bathin dan bisa menjadi haji yang mabrur seperti yang diharapkan.




Prof Aswadi, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Surabaya, yang menjadi salah satu anggota tim pembimbing haji pada Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) 1436H/2015M di Makkah, Arab Saudi, mengatakan ada beberapa hal yang harus diperhatikan jamaah untuk menjadi haji yang mabrur, sekaligus menjadi tanda-tanda ia memperoleh manfaat dari ibadahnya.




"Orang itu (jamaah) harus memiliki pengetahuan mengenai Islam yang luas," katanya. Hal itu, lanjut dia, penting agar jamaah memahami tujuan berhaji dan proses pelaksanaannya, serta paham setiap makna urutan ibadah yang mereka lakukan.




Oleh karena itulah tim pembimbing haji PPIH daerah kerja (Daker) Makkah yang dipimpin Tawwabuddin Muhammad Maulana, melakukan sejumlah kunjungan ke berbagai pemondokan untuk meningkatkan pengetahuan jamaah tentang ibadah haji.




Kemudian setelah paham mengenai makna berhaji, kata Aswadi, jamaah harus mampu mencegah orang melakukan pelanggaran, termasuk misalnya tidak menyakiti jamaah lain ketika berusaha mencium Hajar Aswad atau shalat di Hijr Ismail.




"Setelah itu ia akan mampu memberi kabar gembira kepada orang lain dan menyenangkan orang lain," ujarnya.




Aswadi mencontohkan Nabi Ibrahim AS yang berdo'a kepada Allah agar Makkah yang tandus bisa menjadi negeri yang makmur yang bisa memberi kemakmuran bagi banyak orang. Secara logika mungkin sulit, katanya, namun Nabi Ibrahim tidak putus asa berdoa dan.

Dengan kekuasaan Allah, banyak orang yang datang ke negeri tandus tersebut melalui perintah dibangunnya Rumah Allah (Baitullah) dan perintah berhaji ke sana, sehingga setiap tahun Makkah tidak pernah sepi dari kunjungan umat Islam untuk umrah dan haji. Do'anya dikabulkan dan menyenangkan serta memakmurkan banyak orang.




"Ketika melihat banyak persoalan, kita tidak punya kemampuan secara total untuk mengatasinya, maka berserah dirilah padaNYA, pasti ada jalan keluarnya," ujar Aswadi. Hal itulah yang dilakukan Nabi Ibrahim AS.




Selain itu, salah satu ciri haji yang mabrur kelak menjadi orang yang damai dan mudah mendamaikan, tenang dan menyenangkan orang lain.




"Tiga hal itu akan mengarahkan manusia benar-benar beriman kepada Allah dan RasulNYA," kata dosen S3 di UIN Surabaya, Jawa Timur itu.




Kemudian, manusia tersebut mempunyai tugas menginformasikan kepada orang lain, menyebarkan berita gembira tentang haji, dan terus bertasbih, sehingga meluas nilai-nilai kebaikan dalam dirinya.