"Jenazah akan dishalati di Pesantren Al-Hikam, Malang, dan dimakamkan di kediamannya di Jalan Kalimantan, Jember," kata adik kandung almarhum, KH Hasyim Muzadi, melalui pesan singkat kepada Antara.
Sejak kecil, Abdul Muchit Muzadi aktif di dunia pergerakan hingga kemerdekaan.
Setelah belajar di Pesantren Tuban, ia melanjutkan belajar kepada Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy'ari di Pesantren Tebuireng Jombang.
Tahun 1941, saat usianya 16 tahun, ia telah menjadi anggota NU Ranting Tebuireng, yang menjadi tempat dia belajar berorganisasi.
Setamat dari Tebuireng ia kembali ke kampung halamannya di Tuban dan mendirikan Madrasah Salafiyah (1946). Selain menjadi guru, ia ikut berjuang melawan penjajah dengan menjadi anggota Lasykar.
Tahun 1952, Kiai Muchit mendirikan Sekolah Menengah Islam (SMI), dan tahun 1954 membangun Madrasah Muallimin Nahdlatul Ulama.
Saat menjadi pegawai di IAIN Sunan Kalijogo Yogyakarta (1961), ia mengikuti kuliah di Universitas Cokroaminoto.
Ia ditugaskan di IAIN Malang tahun 1963 dan tahun saat itu ia merintis pembangunan Sekolah Menengah Pertama NU.
Penugasan ke IAIN Sunan Ampel Jember membuatnya bertemu lagi dengan sahabat seperguruannya yang menjadi pengasuh pesantren di Jember, KH. Achmad Shidiq, yang menjadi teman diskusi.
Ketika KH Achmad Shidiq menjadi Rais Aam Syuriyah Pengurus Besar NU, ia membuat rumusan konseptual mnengenai Aswaja, menuntaskan hubungan Islam dengan negara, dan mencari rumusan pembaruan pemikiran Islam, serta strategi pengembangan masyarakat NU.