Kudus (ANTARA News) - M Ramli Ritonga dan istrisnya Evi Herlena langsung memeluk putri mereka Rahma Novita Febi sambil berlinangan air mata.

Gadis berusia 12 tahun itu tersingkir dari audisi umum Djarum beasiswa bulu tangkis 2015. Namanya tidak termasuk dalam 62 yang berhasil lolos ke tahap berikutnya, yang diumumkan, Sabtu.

Sebenarnya, keluarga mereka masih lebih beruntung karena Rahmad Julio Rafli Ritonga (14) --kakak Rahma-- berhasil lolos ke tahap berikutnya, yakni menjalani satu pertandingan lagi lalu tes fisik.

Namun karena berharap kakak-beradik itu lolos bersama, maka kenyataan yang berbeda itu membuat mereka agak terpukul.

"Ya nanti berusaha lagi tahun depan," kata Evi sambil terus memeluk anaknya dan berlinangan air mata. Sudah sejak sepekan lalu keluarga asal Pekanbaru, Riau itu berada di Kudus. Ramli yang seorang sopir mobil box dan Evi pedagang itu sementara meninggalkan pekerjaannya demi mengantar kedua anak mereka mengikuti audisi Djarum.

Mereka menyewa satu kamar seharga Rp500 ribu untuk tinggal hingga proses audisi berakhir.

Ujian datang ketika Rahmad jatuh sakit saat mereka tiba di Kudus dan harus dirawat di rumah sakit. "Dokter bilang dia kelelahan sehingga lemas dan pusing-pusing," kata Evi menjelaskan.

Meski demikian, Rahmad akhirnya berhasil melalui audisi tahap demi tahap hingga tinggal selangkah lagi menuju masa karantina.

Ia termasuk dalam 62 anak yang akan mengikuti penyaringan terakhir melalui tes fisik, sebelum memasuki karantina.

Jika Rahmad lolos penyaringan terakhir itu, maka ia akan mengikuti karantina selama seminggu.

Nantinya, mereka yang lolos penyaringan setelah karantina lah yang akan diterima masuk bergabung di PB Djarum.

Karena khawatir dengan kesehatan anaknya, Evi mengatakan jika Rahmad lolos sampai karantina, mereka akan menunggu sampai karantina berakhir.

"Rencananya selama karantina ditunggu karena kondisinya belum sehat," kata Evi.

Ramli dan Evi meninggalkan untuk sementara pekerjaan mereka demi mengantar kedua anaknya mengejar cita-cita menjadi atlet bulu tangkis.

"Demi anak, sebisa mungkin saya memenuhi apa yang mereka inginkan. Saya tidak ingin mereka kecewa di kemudian hari. Saya tidak ingin disalahkan karena saya tidak mendukung cita-cita mereka," kata Ramli.

Ia mengaku tidak ingin anak-anaknya mengalami nasib seperti dirinya yang ingin bermain bulu tangkis tetapi tidak mampu membeli peralatannya.

"Maunya anak-anak tidak seperti itu lagi," tambah Ramli yang kerap mendampingi kedua anaknya berlatih itu.

Keinginan kuat anaknya yang ingin menjadi atlet bulu tangkis --terbukti dari sejumlah gelar yang diraih, antara lain juara O2SN dan Kejurwil Sumatera-- membuat keluarga tersebut rela berkorban waktu, uang, tenaga.

Dan keinginan putra Ramli, Rahmad, bergabung dengan salah satu klub terbesar di Tanah Air, PB Djarum, yang menyediakan fasilitas lengkap untuk pendidikan dan kepelatihan, tinggal selangkah lagi tercapai.