Kebakaran hutan masih berpotensi terjadi selama bulan ini
5 September 2015 00:21 WIB
ilustrasi Kebakaran Lahan OKI Foto udara kebakaran lahan di Dusun Simpang Tiga Sakti, Kab Ogan Komering Ilir (OKI), Sumsel. Minggu (20/8). Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kebakaran lahan di OKI yang menyumbangkan kabut asap di Sumatera itu sebagian besar akibat ulah manusia. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi) ()
Jakarta (ANTARA News) - Kepala Sub Bidang Siklon Tropis BMKG, Miming Saepudin, mengatakan bahwa potensi untuk terjadinya kebakaran hutan selama September masih tinggi. Pasalnya, curah hujan pada bulan ini masih sangat rendah.
"Kami tidak bisa memprediksi langsung jumlah titik api, tapi potensi kebakaran hutan bisa diprediksi berdasarkan analisa kemungkinan tingkat kekeringan yang didapatkan melalui prakiraan curah hujan selama September," ujar dia kepada ANTARA News, di Jakarta, Jumat.
"Selama September potensi curah hujan sangat kecil, 0-20 mm, jika melihat seperti ini tentunya kami bisa memberikan statement bahwa potensi untuk terjadinya kebakaran ada kemungkinan masih dapat terjadi karena atmosfer yang kering, sehingga potensinya juga cukup besar," sambung dia.
Miming mengungkap sejumlah wilayah di Indonesia yang memiliki curah hujan rendah, 0-20 mm, pada bulan ini, diantaranya sepanjang Papua bagian selatan, Maluku, Sulawesi bagian Tenggara, Sulawesi bagian Selatan hingga ke Sulawesi bagian Utara (kecuali bagian Barat), Kalimantan bagian Selatan dan Sumatera bagian Selatan.
Meski demikian, menurut Miming, tidak semua wilayah tersebut berpotensi menimbulkan titik api yang menyebabkan kebakaran hutan dan kabut asap.
"Potensi untuk menjadi titik api tergantung karakteristik lahan. Misal Kalimantan dan Sulawesi sama-sama bercurah hujan rendah, tapi Kalimantan potensi untuk titik api lebih tinggi karena lahan gambut," kata dia.
Dalam prakiraan curah hujan bulanan, BMKG memperkirakan kondisi ini masih berlanjut pada Oktober di wilayah yang sama, namun area curah hujan rendah lebih sempit dibandingkan pada September.
"Pada Oktober, di Kalimantan misalnya, area curah hujan rendah mengecil. Tetapi ini tetap sebuah perkiraaan yang di-update tiap bulan, artinya ada kemungkinan datanya bisa berubah," ujar Miming.
"Area bisa lebih meluas atau bisa lebih baik kondisinya tergantung data terakhir yang akan di-update pada akhir bulan September," tambah dia.
"Kami tidak bisa memprediksi langsung jumlah titik api, tapi potensi kebakaran hutan bisa diprediksi berdasarkan analisa kemungkinan tingkat kekeringan yang didapatkan melalui prakiraan curah hujan selama September," ujar dia kepada ANTARA News, di Jakarta, Jumat.
"Selama September potensi curah hujan sangat kecil, 0-20 mm, jika melihat seperti ini tentunya kami bisa memberikan statement bahwa potensi untuk terjadinya kebakaran ada kemungkinan masih dapat terjadi karena atmosfer yang kering, sehingga potensinya juga cukup besar," sambung dia.
Miming mengungkap sejumlah wilayah di Indonesia yang memiliki curah hujan rendah, 0-20 mm, pada bulan ini, diantaranya sepanjang Papua bagian selatan, Maluku, Sulawesi bagian Tenggara, Sulawesi bagian Selatan hingga ke Sulawesi bagian Utara (kecuali bagian Barat), Kalimantan bagian Selatan dan Sumatera bagian Selatan.
Meski demikian, menurut Miming, tidak semua wilayah tersebut berpotensi menimbulkan titik api yang menyebabkan kebakaran hutan dan kabut asap.
"Potensi untuk menjadi titik api tergantung karakteristik lahan. Misal Kalimantan dan Sulawesi sama-sama bercurah hujan rendah, tapi Kalimantan potensi untuk titik api lebih tinggi karena lahan gambut," kata dia.
Dalam prakiraan curah hujan bulanan, BMKG memperkirakan kondisi ini masih berlanjut pada Oktober di wilayah yang sama, namun area curah hujan rendah lebih sempit dibandingkan pada September.
"Pada Oktober, di Kalimantan misalnya, area curah hujan rendah mengecil. Tetapi ini tetap sebuah perkiraaan yang di-update tiap bulan, artinya ada kemungkinan datanya bisa berubah," ujar Miming.
"Area bisa lebih meluas atau bisa lebih baik kondisinya tergantung data terakhir yang akan di-update pada akhir bulan September," tambah dia.
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: