Makkah (ANTARA News) - Ada beberapa kesulitan yang sering dialami jemaah haji Indonesia selama berada di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi.

"Yang paling sering, jemaah tidak tahu pulangnya kemana," kata anggota Sektor Khusus Daerah Kerja Makkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Dzikrulloh Anwar, Jumat.


Ia mengatakan jemaah yang datang secara bertahap dari Madinah ke Makkah sebagian besar langsung melakukan umroh qudum sehingga belum memahami area masjid tempat Kabah berada itu.




"Mereka tersesat tidak jauh dari Masjidil Haram," katanya.




Tim pengamanan dari Sektor Khusus yang bertugas di pintu Marwah, Menara Zam-Zam, Hajar Aswad, dan pintu King Abdullah siaga membantu anggota jemaah yang tersesat menemukan terminal Bus Shalawat untuk kembali ke pemondokan masing-masing.

"Selain itu ada juga yang mengeluh capek, sakit ringan seperti batuk, pusing, dan pilek, kami arahkan ke (kantor) Sektor Khusus untuk diberi obat. Namun tidak ada rawat inap di sini," kata Anwar.



Kantor Sektor Khusus berada di Hotel Sultan, sekitar 200 meter dari area Masjidil Haram dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki 5-10 menit.




Anggota Sektor Khusus lainnya, Uning Haryani, mengatakan kasus lain yang sering ditemui pencopetan atau penipuan terhadap jemaah.




"Ada modus, kemarin seorang jemaah dari Cilacap kehilangan sandal ketika keluar masjid. Saat bingung, ada katanya seperti orang Indonesia juga menolong, tapi ketika sedang konsen cari sandal, dompetnya hilang," ujar Uning, yang juga anggota Polri.




Ia mengimbau jemaah tetap waspada selama berada di Masjidil Haram.




"Kami imbau jamaah agar membawa uang ke Masjidil Haram secukupnya saja, untuk beli makan minum dan transportasi. Jangan bawa uang banyak-banyak," katanya.

Selama enam hari ini, lanjut Uning, petugas telah menerima 35 laporan dari jemaah yang mengalami kesulitan selama berada di Masjidil Haram.