Harga minyak naik setelah ECB perpanjang stimulus
4 September 2015 04:41 WIB
Petugas keamanan berjaga di kawasan Kilang Minyak V Pertamina Balikpapan di Kalimantan Timur, Kamis (2/7). Pertamina akan melakukan pengembangan dan peningkatan kapasitas pengolahan bahan bakar minyak (BBM) di Kilang Minyak V Balikpapan serta membangun empat kilang minyak baru yang tersebar di wilayah barat dan timur Indonesia dengan total biaya mencapai 25 miliar dollar AS. (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)
New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia naik untuk hari kedua berturut-turut pada Kamis (Jumat pagi WIB) setelah Bank Sentral Eropa (ECB) mengindikasikan lebih banyak stimulus akan segera tiba untuk zona euro.
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman Oktober, naik 50 sen menjadi ditutup pada 46,75 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, patokan global, menetap pada 50,68 dolar AS per barel di perdagangan London, naik 18 sen dari penutupan Rabu.
Gubernur ECB Mario Draghi, mengatakan bank sentral bisa meningkatkan program pembelian obligasinya jika dorongan tambahan diperlukan di zona euro yang goyah.
Dalam konferensi pers setelah pertemuan kebijakan moneter ECB, Draghi mengatakan program, yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif, "dimaksudkan untuk berjalan sampai akhir September 2016, atau melebihi, jika perlu."
Pernyataan Draghi memberikan dukungan ke pasar minyak, yang menggaungkan kenaikan di pasar ekuitas, meskipun diberitakan ECB memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi di daerah mata uang tunggal untuk 2015-2017.
"Ini adalah siklus terbaru dari berita buruk adalah berita baik, dengan investor lebih senang dengan gagasan stimulus berkelanjutan daripada mereka khawatir tentang permintaan yang buruk," kata Tim Evans di Citi Futures.
"Harga mungkin dapat mengalami reli dalam jangka pendek, tapi kami terus melihat pasar secara fisik kelebihan pasokan."
Kelebihan pasokan, dikombinasi dengan melemahnya perekonomian global, telah mendorong harga minyak turun lebih dari 50 persen sejak puncak mereka pada pertengahan 2014.
Minyak berjangka, seperti pasar lain, telah berada di perjalanan liar sejak Tiongkok secara mengejutkan mendevaluasi mata uangnya pada 11 Agustus, yang meningkatkan kekhawatiran tentang pelambatan ekonomi, di konsumen energi terbesar dunia itu.
Berlanjutnya gejolak di pasar saham Tiongkok yang telah menekan kepercayaan absen pada Kamis dan Jumat, karena pasar Tiongkok ditutup untuk libur panjang akhir pekan.
"Banyak ketidakpastian di pasar minyak telah dihasilkan oleh apa telah terjadi di Tiongkok," kata Gene McGillian di Tradition Energy.
"Mungkin bagian dari alasan itu stabilisasi ada karena perdagangan di Tiongkok libur ... sehingga pasar bisa bernapas lega."
(Uu.A026)
Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate untuk pengiriman Oktober, naik 50 sen menjadi ditutup pada 46,75 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, patokan global, menetap pada 50,68 dolar AS per barel di perdagangan London, naik 18 sen dari penutupan Rabu.
Gubernur ECB Mario Draghi, mengatakan bank sentral bisa meningkatkan program pembelian obligasinya jika dorongan tambahan diperlukan di zona euro yang goyah.
Dalam konferensi pers setelah pertemuan kebijakan moneter ECB, Draghi mengatakan program, yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif, "dimaksudkan untuk berjalan sampai akhir September 2016, atau melebihi, jika perlu."
Pernyataan Draghi memberikan dukungan ke pasar minyak, yang menggaungkan kenaikan di pasar ekuitas, meskipun diberitakan ECB memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi dan inflasi di daerah mata uang tunggal untuk 2015-2017.
"Ini adalah siklus terbaru dari berita buruk adalah berita baik, dengan investor lebih senang dengan gagasan stimulus berkelanjutan daripada mereka khawatir tentang permintaan yang buruk," kata Tim Evans di Citi Futures.
"Harga mungkin dapat mengalami reli dalam jangka pendek, tapi kami terus melihat pasar secara fisik kelebihan pasokan."
Kelebihan pasokan, dikombinasi dengan melemahnya perekonomian global, telah mendorong harga minyak turun lebih dari 50 persen sejak puncak mereka pada pertengahan 2014.
Minyak berjangka, seperti pasar lain, telah berada di perjalanan liar sejak Tiongkok secara mengejutkan mendevaluasi mata uangnya pada 11 Agustus, yang meningkatkan kekhawatiran tentang pelambatan ekonomi, di konsumen energi terbesar dunia itu.
Berlanjutnya gejolak di pasar saham Tiongkok yang telah menekan kepercayaan absen pada Kamis dan Jumat, karena pasar Tiongkok ditutup untuk libur panjang akhir pekan.
"Banyak ketidakpastian di pasar minyak telah dihasilkan oleh apa telah terjadi di Tiongkok," kata Gene McGillian di Tradition Energy.
"Mungkin bagian dari alasan itu stabilisasi ada karena perdagangan di Tiongkok libur ... sehingga pasar bisa bernapas lega."
(Uu.A026)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015
Tags: