Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah di pasar uang spot antarbank Jakarta Kamis sore menguat tipis 4 poin ke posisi 14.128 per dolar AS, setelah pada hari sebelumnya ditutup pada 14.132 per dolar AS.

"Kondisi pasar keuangan regional yang bervariasi membuat penguatan nilai tukar rupiah cenderung bergerak terbatas, hal itu karena sentimen positif dan negatif yang datang secara bergantian," kata analis pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova.

Menurut Rully, sentimen positif dari angka inflasi Agustus 2015 yang diumumkan awal September ini masih dibayangi sentimen eksternal terutama seputar rencana Bank Sentral AS atau the Fed menaikkan suku bunga.

"Naiknya suku bunga the Fed akan mendorong investor masuk ke Amerika Serikat karena seolah-olah investasi di sana memberikan imbal hasil yang naik," katanya.

Sementara analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa sekarang investor sedang menantikan data penggajian nonpertanian atau non farm payrolls (NFP) AS yang sedianya diumumkan pada Jumat (4/9) untuk melihat kondisi terkini pasar tenaga kerja AS.

"Proyeksi data NFP akan ada kenaikan, begitu juga dengan tingkat pengangguran Amerika Serikat yang diperkirakan turun. Jika proyeksi itu benar maka akan menandai berita positif terhadap AS yang mendukung penguatan dolarnya. Tapi jika dirilis sebaliknya maka tekanan turun terhadap dolar AS dapat terjadi," kata Lukman Leong.

Di sisi lain, lanjut Lukman Leong, sebagian investor juga masih dibayangi kebimbangan menyusul data sektor manufaktur yang menurun. Situasi itu membuat kenaikan tingkat suku bunga the Fed belum terlalu jelas kapan atau jadi tidaknya tahun ini.

"Di tengah ketidakpastian itu membuat mata uang negara berkembang menjadi kurang diminati investor karena risikonya semakin tinggi," katanya.

Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia hari ini, rupiah berada pada 14.160 per dolar AS, melemah dari posisi sebelumnya 14.127 per dolar AS.