Kudus (ANTARA News) - Vanest Valeentino mendapat hadiah spesial pada ulang tahunnya yang ke-13, super tiket menuju grand final Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulu Tangkis 2015.

Sebelum dinyatakan lolos, Vanest sempat diminta legenda bulu tangkis Lius Pongoh menyanyikan lagu Indonesia Pusaka. Saat itu tinggal Vanest yang tersisa, 16 kandidat lainnya sudah dinyatakan lolos.

"Kalau mau menang, kamu bernyanyi dulu," kata Lius di GOR Djarum, Kudus, Jawa Tengah, Kamis.

Vanest, yang lahir tanggal 1 September, sempat grogi sampai Lius harus berkali-kali menyuruhnya. Namun kemudian dia menyanyikannya dengan lantang.

"Sebagai hadiah ulang tahun, kamu diloloskan," kata Lius, yang lantas menyanyikan lagu ulang tahun diikuti orang-orang yang berada di GOR.

Vanest mengaku tidak menyangka bisa menggenggam super tiket. Pada tahap pertandingan, langkahnya terhenti di babak delapan besar.

"Ini hadiah spesial ulang tahun saya karena sebenarnya tidak menyangka bisa masuk, tadi saya kalah," ujar Vanest, yang mulai bermain bulu tangkis sejak usia 10 tahun.

Vanest pernah ikut audisi umum tahun 2014, tapi gagal. Setelah itu dia bergabung dengan PB Taurus Kudus dan terpaksa tinggal jauh dari orangtuanya di Pontianak, Kalimantan Barat. Orangtua Vanest tak mendampingi dia mengikuti audisi tahun ini.

"Orangtua tidak bisa datang karena sibuk, mereka berdagang," kata anak pertama dari dua bersaudara yang mengidolakan Lin Dan itu.


Yang menangis

Kalau Vanest dibikin grogi, Tara Josephine, kandidat asal Pekalongan, Jawa Tengah, juga sempat dibuat menangis pada pengumuman penerima tiket ke grand final audisi.

Sebelum dinyatakan lolos, ia diminta kembali ke orangtuanya, tidak bergabung bersama kandidat lain yang sudah dinyatakan lolos.

Tara, yang pernah ikut audisi tahun 2013, lalu berlari ke arah ibunya dan langsung menangis.

Ia terus memeluk ibu dan ayahnya yang mencoba menenangkannya. Tapi kemudian ia dipanggil kembali dan dinyatakan lolos.

Sebagian orang di GOR pun tertawa menyaksikan pertunjukan tersebut.

"Tadi nangis soalnya dibilang tidak lolos karena feeling-ku lolos," ujar siswi kelas tiga Sekolah Menengah Pertama itu.

Tara, yang sudah bergabung PB Unggul Jaya Pekalongan, mengaku sudah bermain maksimal saat pertandingan namun kalah di babak delapan besar.

Super tiket juga berhasil direbut oleh Emanuel Joseph Surya Hartono (10). Jose, nama panggilannya, menjadi salah satu yang mencuri perhatian karena merupakan kandidat paling muda dengan postur tubuh kecil.

Setelah kalah di babak delapan besar, kandidat asal Pekalongan itu langsung pulang bersama ayahnya menggunakan bis.

Meskipun kecewa, ia mengaku terus mengingat pesan dari Liem Swie King dan Haryanto Arbie.

"Aku langsung mendatangi mereka di lapangan untuk salaman, lalu mereka pesan supaya semangat dan tahun depan ikut lagi," kata penggemar Hendra Setiawan itu.

Dalam perjalanan pulang, penyelenggara audisi menelpon Jose, tapi dia tetap melanjutkan perjalanan ke Pekalongan.

"Sampai di rumah, ditelepon lagi, katanya aku dipilih 60 persen dari 17 kandidat," ujar Jose, yang telah bergabung dengan PB Unggul Jaya Pekalongan.

Saat ditanya responsnya ketika mendapat peluang lolos ke grand final, dengan polos Jose menjawab, "Aku senyum-senyum saja."

Pada Kamis pukul 04.00 WIB, ia bersama ayahnya kembali ke Kudus menggunakan kereta menuju Semarang.


Super tiket

Audisi umum Kudus meloloskan total 29 peserta ke babak grand final, yang terdiri atas 12 peserta pemenang audisi dan 17 penerima super tiket berdasarkan pertimbangan tim pencari bakat.

Penyelenggara mengeluarkan super tiket paling banyak di audisi Kudus. Dalam audisi di Medan, Palembang, Jember, Balikpapan, Manado, Makassar, Tasikmalaya, dan Purwokerto total penyelenggara hanya memberikan 16 super tiket.

"Kesannya seperti obral tiket. Alasannya karena audisi terakhir dan di markas sendiri jadi sedikit memberi kelonggaran. Selain itu, menghormati pendapat para legenda yang banyak datang mengamati pada audisi terakhir," jelas Pelatih Kepala PB Djarum Fung Permadi.

Kudus menjadi kota terakhir yang menjadi tempat penjaringan bibit bulu tangkis muda berbakat lewat Audisi Umum Djarum Beasiswa Bulutangkis 2015.

Direktur Program Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin mengatakan audisi umum tahun ini berbeda dengan tahun sebelumnya.

Kalau sebelumnya hanya terpusat di Kudus, tahun ini audisi dilakukan di sembilan kota.

Selain itu, ia menambahkan, demi mendapatkan bibit pemain berkualitas super tahun ini penyelenggara menerjunkan tim pencari bakat yang terdiri atas para legenda bulu tangkis Indonesia.

Legenda bulu tangkis Christian Hadinata, Lius Pongoh, Eddy Hartono, Hariyanto Arbi, Kartono Hari Atmanto, Heryanto Saputra, Liem Swie King, Denny Kantono, Bobby Ertanto Kurniawan, Simbarsono Sutanto, Johan Wahyudi, Maria Kristin Yulianti, Hastomo Arbi, Fung Permadi, dan Hadiyanto terlibat dalam pencarian atlet bulu tangkis berbakat itu.

"Kami terjunkan legenda untuk pakai kejelian mata mereka. Sekarang dari legenda langsung untuk melihat bibit-bibit potensial secara langsung di kota-kota audisi," jelas Yoppy.