Jember (ANTARA News) - Penyidik Kepolisian Resor Jember, Jawa Timur, menyelidiki perusakan mobil milik peneliti tanah dari Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya oleh warga saat bekerja di Desa Paseban, Kecamatan Kencong, kabupaten setempat, Selasa (1/9) malam.

"Kasus itu kini ditangani penyidik Polres Jember dan sebanyak delapan orang dari ITS dimintai keterangan atas kejadian itu," kata Kapolres Jember, AKBP Sabilul Alif di Jember, Rabu.

Ratusan warga Desa Paseban mendatangi tim peneliti tanah yang disewa oleh Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur pada Selasa (1/9) malam, bahkan warga merusak dua unit mobil dengan cara menggulingkan kendaraan itu hingga kacanya pecah semua, serta tiga anggota tim sempat dipukul dan ditarik sejumlah warga setempat.

"Peristiwa itu terjadi diduga karena kesalahpahaman. Warga menduga tim peneliti ITS itu akan mengambil sampel untuk penambangan pasir besi," kata Sabilul.

Menurut dia, penyidik sudah melakukan pemeriksaan dan melakukan klarifikasi terkait dengan kasus perusakan, bahkan delapan orang akademisi ITS yang menjadi konsultan dari Dinas Pengairan Provinsi Jatim sudah diperiksa sebagai saksi di Mapolres Jember.

"Penyidik juga akan meminta keterangan dari Kepala Desa Paseban terkait kasus tersebut karena sebelumnya ada laporan dari masyarakat ke kades itu, namun masih kita dalami sejauh mana keterlibatan kepala desa setempat," katanya.

Ia menegaskan Polres Jember tidak akan memberikan toleransi terhadap sikap main hakim sendiri, sehingga pihaknya masih meminta keterangan dari tim peneliti ITS, Dinas Pengairan, dan Kepala Desa Paseban.

"Kasus itu diambil alih oleh penyidik Polres Jember, agar penanganannya lebih fokus dan cepat," katanya.

Sementara tim teknis dalam tim konsultan ITS Surabaya, Miswanto, mengatakan pihaknya diminta untuk meneliti struktur dan kekerasan tanah di sekitar jembatan Bondoyudo di jalur lintas selatan (JLS) itu.

"Saya kaget dan masih trauma karena selama mengerjakan pekerjaan serupa di Jawa, Kalimantan sampai Timor Leste, baru sekali ini digeruduk warga dan mendapatkan kekerasan fisik," tuturnya.

Tim yang meneliti tanah itu berjumlah delapan orang dari Laboratorium Mekanika Tanah ITS untuk mengambil sampel tanah di sekitar jembatan Bondoyudo di kawasan jalur lintas selatan (JLS) yang ambrol.