BI-IMF: pembiayaan infrastruktur dapat atasi masalah pembangunan
2 September 2015 12:17 WIB
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde memberikan pengarahan saat konferensi internasional bertajuk Future of Asia's Finance: Financing For Development 2015 di Jakarta, Rabu (2/9). Kegiatan yang diselenggarakan Bank Indonesia bersama IMF tersebut membahas tantangan ekonomi global dan implikasinya bagi para pembuat kebijakan di Asia. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia bersama dengan Dana Moneter Internasional (IMF) dalam konferensi internasional yang digelar pada Rabu menilai pembiayaan untuk pembangunan infrastruktur dapat membantu mengatasi masalah pembangunan dan merupakan salah satu kunci bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo, menegaskan keseriusan Pemerintah RI dalam membangun infrastruktur dan konektivitas antar daerah. Tentunya hal ini membutuhkan pembiayaan yang besar, yang telah diupayakan melalui berbagai langkah, antara lain seperti pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) sehingga memberi ruang fiskal yang cukup, hingga kerjasama dalam skema private public partnership (PPP).
"Salah satu bentuk tantangan perekonomian adalah sulitnya mendapatkan pembiayaan guna mengatasi celah pembiayaan infrastruktur (infrastructure gap)," ujar Agus dalam sambutannya di Jakarta.
Selain itu, lanjut Agus, peran pendalaman pasar keuangan (financial deepening) dan inklusi keuangan (financial inclusion) juga penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih luas dan inklusif.
"Konferensi hari ini diharapkan dapat memberi masukan, kontribusi, dan solusi, atas berbagai masalah tersebut," kata Agus.
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde juga memberikan apresiasi kepada Indonesia atas upayanya menjaga stabilitas perekonomian dalam kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
"Kebijakan ekonomi harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing negara, sehingga tidak bisa disamakan. Namun secara garis besar, ada lima hal yang perlu tetap dijaga dalam kondisi saat ini, yaitu pertama, memperkuat baris pertahanan pemerintah melalui kebijakan fiskal. Kedua, mengendalikan pertumbuhan kredit agar tidak terlalu berlebihan. Ketiga, menjaga fluktuasi nilai tukar. Keempat, menjaga kecukupan cadangan devisa, dan kelima, membangun pengawasan dan pengaturan sektor keuangan yang solid," ujar Lagarde.
Pembahasan dalam konferensi BI-IMF hari ini dibagi menjadi tiga subtema, yaitu Financing for Development, Mobilizing Resources for Development, dan Financial Deepening and Inclusion.
Bertindak sebagai panelis adalah tokoh-tokoh pemerintahan dan lembaga di Asia, antara lain Menteri Keuangan Republik Indonesia, Bambang Brodjonegoro; Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Hadad; Deputy Governor dari Reserve Bank of India, Urjit Patel; dan Deputy Governor dari Bank of Japan, Hiroshi Nakaso. Selain itu, konferensi dihadiri pula oleh berbagai lembaga bidang ekonomi dan pelaku pasar keuangan.
Diskusi diharapkan dapat menghasilkan pandangan yang cukup luas mengenai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan mempertahankan keberlanjutan perekonomian di Asia, khususnya Indonesia.
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo, menegaskan keseriusan Pemerintah RI dalam membangun infrastruktur dan konektivitas antar daerah. Tentunya hal ini membutuhkan pembiayaan yang besar, yang telah diupayakan melalui berbagai langkah, antara lain seperti pengurangan subsidi bahan bakar minyak (BBM) sehingga memberi ruang fiskal yang cukup, hingga kerjasama dalam skema private public partnership (PPP).
"Salah satu bentuk tantangan perekonomian adalah sulitnya mendapatkan pembiayaan guna mengatasi celah pembiayaan infrastruktur (infrastructure gap)," ujar Agus dalam sambutannya di Jakarta.
Selain itu, lanjut Agus, peran pendalaman pasar keuangan (financial deepening) dan inklusi keuangan (financial inclusion) juga penting dalam menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih luas dan inklusif.
"Konferensi hari ini diharapkan dapat memberi masukan, kontribusi, dan solusi, atas berbagai masalah tersebut," kata Agus.
Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde juga memberikan apresiasi kepada Indonesia atas upayanya menjaga stabilitas perekonomian dalam kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian.
"Kebijakan ekonomi harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing negara, sehingga tidak bisa disamakan. Namun secara garis besar, ada lima hal yang perlu tetap dijaga dalam kondisi saat ini, yaitu pertama, memperkuat baris pertahanan pemerintah melalui kebijakan fiskal. Kedua, mengendalikan pertumbuhan kredit agar tidak terlalu berlebihan. Ketiga, menjaga fluktuasi nilai tukar. Keempat, menjaga kecukupan cadangan devisa, dan kelima, membangun pengawasan dan pengaturan sektor keuangan yang solid," ujar Lagarde.
Pembahasan dalam konferensi BI-IMF hari ini dibagi menjadi tiga subtema, yaitu Financing for Development, Mobilizing Resources for Development, dan Financial Deepening and Inclusion.
Bertindak sebagai panelis adalah tokoh-tokoh pemerintahan dan lembaga di Asia, antara lain Menteri Keuangan Republik Indonesia, Bambang Brodjonegoro; Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Hadad; Deputy Governor dari Reserve Bank of India, Urjit Patel; dan Deputy Governor dari Bank of Japan, Hiroshi Nakaso. Selain itu, konferensi dihadiri pula oleh berbagai lembaga bidang ekonomi dan pelaku pasar keuangan.
Diskusi diharapkan dapat menghasilkan pandangan yang cukup luas mengenai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan mempertahankan keberlanjutan perekonomian di Asia, khususnya Indonesia.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015
Tags: