Jakarta (ANTARA News) - Keinginan ingin sembuh total dan tidak mengonsumsi obat rutin menjadi salah satu kesalahan yang kerap dilakukan penderita diabetes sehingga menghambat pengobatannya, menurut konsultan endokrin dari RS Cipto Mangunkusumo, dr. Tri Juli Edi Tarigan, Sp.PD-KEMD, FINASIM.

"Inginnya sembuh total dan tidak makan obat dengan rutin. Datangnya ke dukun, inginnya langsung sembuh. Sayangnya, kita belum mampu seperti itu," kata dia dalam temu media "Cegah Bahaya Komplikasi Diabetes" di Jakarta, Selasa.

Padahal, diabetes termasuk penyakit yang melekat seumur hidup. Namun, bukannya tak mungkin diatasi, yakni dengan menerapkan gaya hidup sehat dan konsumsi obat anti diabetes (sesuai anjuran dokter).

Selain itu, lanjut Tarigan, penderita juga umumnya baru mengontrol gula darah dan meminum obat teratur jika sudah muncul keluhan atau bila sudah ada komplikasi.

Keluhan ini, di antaranya, sering merasa kehausan, luka tak sembuh-sembuh, sering buang air kecil kala malam, gigi mudah tanggal, lalu keputihan (pada perempuan) yang tak sembuh dan luka yang pulihnya memakan waktu lama.

Sementara komplikasi yang biasanya muncul tergantung pada organ yang diserang di antaranya, stroke (bila menyerang otak), gagal ginjal (ginjal), impotensi pada laki-laki (organ reproduksi), gangguan sirkulasi darah dan sistem saraf.

Tarigan mengatakan, sekalipun penderita mengontrol gula darahnya dan berkonsultasi dengan dokter, namun, seringkali tak rutin.

"Menganggap sekali terkontrol akan terus terkontrol. Enggak mau periksa lagi. Padahal, Belum tentu sekali terkontrol selalu terkontrol. Diabetes termasuk penyakit kronik progresif," kata dia.

Di samping itu, kesalahan lainnya, ialah kekhawatiran penderita bila mengonsumsi obat terus menerus akan merusak ginjal.

"Obat diabetes melitus telah diteliti dan dibuat untuk dikonsumsi jangka panjang. Aman dan tidak merusak ginjal," kata Tarigan

Terakhir, lanjut dia, ialah ketakutan penderita terhadap insulin.

"Takut menggunakan insulin. Ini karakter yang sering kita (para dokter) hadapi. Seringkali dianggap kiamat oleh dia (penderita)," tutur Tarigan.