Mahathir serukan "kekuatan rakyat" untuk depak Najib
31 Agustus 2015 11:43 WIB
Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad berbicara kepada media saat ikut aksi protes yang diselemggarakan kelompok pro demokrasi "Bersih" di ibukota Malaysia, Kuala Lumpur, Minggu (30/8). (REUTERS/Olivia Harris)
Kuala Lumpur (ANTARA News) - Mantan pemimpin Malaysia Mahathir Mohamad, Minggu, menyerukan gerakan "kekuatan rakyat" untuk menggulingkan Perdana Menteri Najib Razak.
"Cara satu-satunya untuk rakyat untuk mengembalikan sistem lama ialah mereka menggeser perdana menteri ini," kata Mahathir, 90 tahun, yang pernah menjadi penyokong Najib dan sekarang pengeritik paling pedasnya.
"Dan untuk menggeser dia, rakyat harus memperlihatkan kekuatan rakyat. Rakyat seluruhnya tidak menginginkan pemimpin korup seperti ini," kata Mahathir kepada media sebelum mengikuti unjuk rasa hari Minggu itu.
PM Najib selama beberapa pekan terakhir dikecam menyusul laporan pemeriksaan lembaga investasi dana negara 1Malaysia Development Berhad (IMDB). Laporan itu menemukan pengiriman dana yang tak dijelaskan sebesar lebih 600 juta dolar ke rekening atas nama Najib.
Pada Sabtu (29/8), ribuan pemerotes berkumpul di Kuala Lumpur untuk mengikuti unjuk rasa menuntut pengunduran diri Najib.
Para pemerotes berharap dapat memantik gerakan kekuatan rakyat yang mendepak Najib, tetapi para pengulas politik meragukan ia akan ditumbangkan.
Keamanan diperketat dan akses ke alun-alun tempat para pemerotes berencana untuk berkumpul dirintangi.
Portal Malaysiakini menyebut sebanyak 50.000 orang telah berkumpul pada Sabtu siang tetapi polisi menyatakan jumlah pengunjuk rasa setengahnya.
Para pemerotes membawa karton bertuliskan "Keluar, Najib, keluar" dan meniup terompet serta meneriakkan "bersih".
Bersih juga merupakan sebuah organisasi pro demokrasi yang berada di belakang unjuk rasa dua hari di Kuala Lumpur dan dua kota utama di negara bagian Malaysia yang berada di Kalimantan.
Pemerintah Malaysia pada Kamis (27/9) menyatakan akan menutup jalur ke sejumlah laman, yang mengumumkan unjuk rasa besar untuk menurunkan Najib.
Sebelumnya, persekutuan masyarakat madani, Bersih, berjanji mengerahkan puluhan ribu orang di ibu kota Malaysia, Kualalumpur, dan dua kota lain pada Sabtu dan Ahad.
Pemerintah menyebut rencana unjuk rasa itu tidak sah, sehingga memunculkan kekhwatiran akan bentrokan.
Pemerintah akan menutup laman, yang "memromosikan, menyebarkan informasi, dan menyeru warga bergabung" dengan unjuk rasa, kata Komisi Multimedia dan Komunikasi Malaysia (MCMC) dalam pernyataan tertulis.
MCMC beralasan bahwa unjuk rasa itu akan "mengancam stabilitas" dan "mencoreng nama baik negara." Hingga kini masih belum diketahui seberapa luas pemblokiran itu akan dilakukan.
Sejumlah menteri dalam kabinet kini mengakui bahwa Najib telah menerima dana tersebut dalam bentuk deposito ke dalam rekening pribadinya sejak 2013. Fakta itu pertama kali terungkap oleh laporan investigasi dari Wall Street Journal pada bulan lalu.
Najib beberapa bulan sebelumnya menghadapi tekanan terkait tudingan hilangnya sejumlah besar uang dalam kesepakatan bisnis yang melibatkan 1MDB, yang dibentuk oleh Najib pada 2009.
Najib dan 1MDB dengan keras membantah telah melakukan tindakan yang melanggar hukum.
Sejumlah menteri dalam kabinet menerangkan bahwa uang yang diterima Najib merupakan "sumbangan politik" dari sejumlah sumber Timur Tengah yang tidak diketahui identitasnya. Menteri-menteri itu juga menegaskan bahwa tidak ada tindakan Najib yang melanggar hukum.
Rekening Najib sejak saat itu ditutup dan belum ada yang mengetahui di mana uang senilai lebih 600 juta dolar AS itu.
Terungkapnya kasus ini kemudian memicu kemarahan publik Malaysia, termasuk anggota dari partai Najib berasal.
Pemerintah Malaysia sudah melarang satu surat kabar untuk beredar selama tiga bulan karena dinilai terlalu agresif dalam memberitakan skandal Najib. Di sisi lain, pemerintah juga mengancam akan memenjarakan siapapun yang memberitakan hal sama dengan tudingan melawan pemerintah.
Partai Najib berasal, UMNO, telah menguasai Malaysia sejak negara itu merdeka dari Inggris pada 1957. Namun, perolehan suara UMNO terus menurun dalam beberapa tahun terakhir akibat sejumlah skandal korupsi, demikian disarikan dari AFP dan Reuters.
(Uu.SYS/A/M016/A/M16)
"Cara satu-satunya untuk rakyat untuk mengembalikan sistem lama ialah mereka menggeser perdana menteri ini," kata Mahathir, 90 tahun, yang pernah menjadi penyokong Najib dan sekarang pengeritik paling pedasnya.
"Dan untuk menggeser dia, rakyat harus memperlihatkan kekuatan rakyat. Rakyat seluruhnya tidak menginginkan pemimpin korup seperti ini," kata Mahathir kepada media sebelum mengikuti unjuk rasa hari Minggu itu.
PM Najib selama beberapa pekan terakhir dikecam menyusul laporan pemeriksaan lembaga investasi dana negara 1Malaysia Development Berhad (IMDB). Laporan itu menemukan pengiriman dana yang tak dijelaskan sebesar lebih 600 juta dolar ke rekening atas nama Najib.
Pada Sabtu (29/8), ribuan pemerotes berkumpul di Kuala Lumpur untuk mengikuti unjuk rasa menuntut pengunduran diri Najib.
Para pemerotes berharap dapat memantik gerakan kekuatan rakyat yang mendepak Najib, tetapi para pengulas politik meragukan ia akan ditumbangkan.
Keamanan diperketat dan akses ke alun-alun tempat para pemerotes berencana untuk berkumpul dirintangi.
Portal Malaysiakini menyebut sebanyak 50.000 orang telah berkumpul pada Sabtu siang tetapi polisi menyatakan jumlah pengunjuk rasa setengahnya.
Para pemerotes membawa karton bertuliskan "Keluar, Najib, keluar" dan meniup terompet serta meneriakkan "bersih".
Bersih juga merupakan sebuah organisasi pro demokrasi yang berada di belakang unjuk rasa dua hari di Kuala Lumpur dan dua kota utama di negara bagian Malaysia yang berada di Kalimantan.
Pemerintah Malaysia pada Kamis (27/9) menyatakan akan menutup jalur ke sejumlah laman, yang mengumumkan unjuk rasa besar untuk menurunkan Najib.
Sebelumnya, persekutuan masyarakat madani, Bersih, berjanji mengerahkan puluhan ribu orang di ibu kota Malaysia, Kualalumpur, dan dua kota lain pada Sabtu dan Ahad.
Pemerintah menyebut rencana unjuk rasa itu tidak sah, sehingga memunculkan kekhwatiran akan bentrokan.
Pemerintah akan menutup laman, yang "memromosikan, menyebarkan informasi, dan menyeru warga bergabung" dengan unjuk rasa, kata Komisi Multimedia dan Komunikasi Malaysia (MCMC) dalam pernyataan tertulis.
MCMC beralasan bahwa unjuk rasa itu akan "mengancam stabilitas" dan "mencoreng nama baik negara." Hingga kini masih belum diketahui seberapa luas pemblokiran itu akan dilakukan.
Sejumlah menteri dalam kabinet kini mengakui bahwa Najib telah menerima dana tersebut dalam bentuk deposito ke dalam rekening pribadinya sejak 2013. Fakta itu pertama kali terungkap oleh laporan investigasi dari Wall Street Journal pada bulan lalu.
Najib beberapa bulan sebelumnya menghadapi tekanan terkait tudingan hilangnya sejumlah besar uang dalam kesepakatan bisnis yang melibatkan 1MDB, yang dibentuk oleh Najib pada 2009.
Najib dan 1MDB dengan keras membantah telah melakukan tindakan yang melanggar hukum.
Sejumlah menteri dalam kabinet menerangkan bahwa uang yang diterima Najib merupakan "sumbangan politik" dari sejumlah sumber Timur Tengah yang tidak diketahui identitasnya. Menteri-menteri itu juga menegaskan bahwa tidak ada tindakan Najib yang melanggar hukum.
Rekening Najib sejak saat itu ditutup dan belum ada yang mengetahui di mana uang senilai lebih 600 juta dolar AS itu.
Terungkapnya kasus ini kemudian memicu kemarahan publik Malaysia, termasuk anggota dari partai Najib berasal.
Pemerintah Malaysia sudah melarang satu surat kabar untuk beredar selama tiga bulan karena dinilai terlalu agresif dalam memberitakan skandal Najib. Di sisi lain, pemerintah juga mengancam akan memenjarakan siapapun yang memberitakan hal sama dengan tudingan melawan pemerintah.
Partai Najib berasal, UMNO, telah menguasai Malaysia sejak negara itu merdeka dari Inggris pada 1957. Namun, perolehan suara UMNO terus menurun dalam beberapa tahun terakhir akibat sejumlah skandal korupsi, demikian disarikan dari AFP dan Reuters.
(Uu.SYS/A/M016/A/M16)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015
Tags: