Jamaah diimbau selalu bawa kartu hotel
30 Agustus 2015 21:21 WIB
Kepala Daerah Kerja Makkah Arsyad Hidayat (kanan) dan Kepala Sektor 7 Makkah Misbahuddin menunjukkan contoh kartu hotel yang perlu dibawa jamaah, di Makkah, Minggu (30/8). (ANTARA News/Risbiani Fardaniah)
Makkah (ANTARA News) - Jamaah calon haji Indonesia yang akan mulai masuk Makkah diminta selalu membawa kartu alamat hotel guna memudahkan petugas membantu jika mereka tersesat.
"Kartu itu juga menjadi bukti jamaah nginap di hotel tersebut," ujar Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haju (PPIH) 1436H/2015 Arsyad Hidayat di Makkah, Arab Saudi, Minggu.
Ia menjelaskan kasus visa jamaah yang tertunda, berdampak pada banyaknya perubahan dalam pengaturan jamaah. Salah satu dampaknya adalah pada satu kelompok terbang (kloter), bisa ada anggota dari kloter lain, karena jamaah yang tertunda visanya, tertunda pula keberangkatannya. Kemudian kursi mereka yang kosong di pesawat, diisi oleh anggota dari kloter lain.
"Kloter yang datang ke Makkah, adalah kloter jadi atau tetap," ujar Arsyad.
Oleh karena itulah, bisa jadi, kata dia, identitas jamaah yang ada di gelang berbeda dengan kondisi nyata. Pada gelang tercantum nomor kloter yang menunjukkan tempat mereka menginap. Namun dengan adanya kasus penundaan visa, ada jamaah yang berubah kloternya. "Gelang masih merupakan setting-an lama," katanya.
Ia mencontohkan, misalnya ada jamaah yang awalnya merupakan angggota kloter JKS 4, namun karena kloter JKS 1 ada yang kosong akibat keterlambatan visa dan kemudian anggota JKS 4 ikut dalam penerbangan JKS 1, maka ia menjadi anggota tetap JKS 1.
"Pada saat di Makkah dan kembali ke Tanah Air, ia tetap masuk dalam JKS 1, sesuai kloter kedatangannya," kata Arsyad.
Tanazul atau kembali ke Indonesia lebih cepat atau lebih lambat, lanjut dia, hanya bisa dilakukan bila kursi dalam penerbangan masih ada.
"Jamaah akan menandatangani suatu formulir bahwa dia tidak akan menuntut bila ada pelayanan yang tidak penuhi, misalnya pelayanan di Madinah tidak terpakai karena jamaah dari gelombang kedua, memilih pulang duluan," katanya.
Lebih jauh Arsyad meminta kepada para petugas agar pada penyambutan jamaah yang akan datang ke Makkah mulai Minggu (30/8) selalu memberi sapa, salam, dan senyum (3S). Selain itu, petugas diminta memperhatikan fasilitas pemondokan (hotel) terkait ketersediaan air baik untuk minum maupun mandi dan cuci, maupun fasilitas pendukung lainnya, termasuk AC.
"Biasanya jamaah dari Madinah ke Makkah langsung umrah. Maka akan banyak jamaah mencuci kain ihram pada saat bersamaan, ketersediaan air harus jadi perhatian," kata Arsyad.
"Kartu itu juga menjadi bukti jamaah nginap di hotel tersebut," ujar Kepala Daerah Kerja (Daker) Makkah Panitia Penyelenggara Ibadah Haju (PPIH) 1436H/2015 Arsyad Hidayat di Makkah, Arab Saudi, Minggu.
Ia menjelaskan kasus visa jamaah yang tertunda, berdampak pada banyaknya perubahan dalam pengaturan jamaah. Salah satu dampaknya adalah pada satu kelompok terbang (kloter), bisa ada anggota dari kloter lain, karena jamaah yang tertunda visanya, tertunda pula keberangkatannya. Kemudian kursi mereka yang kosong di pesawat, diisi oleh anggota dari kloter lain.
"Kloter yang datang ke Makkah, adalah kloter jadi atau tetap," ujar Arsyad.
Oleh karena itulah, bisa jadi, kata dia, identitas jamaah yang ada di gelang berbeda dengan kondisi nyata. Pada gelang tercantum nomor kloter yang menunjukkan tempat mereka menginap. Namun dengan adanya kasus penundaan visa, ada jamaah yang berubah kloternya. "Gelang masih merupakan setting-an lama," katanya.
Ia mencontohkan, misalnya ada jamaah yang awalnya merupakan angggota kloter JKS 4, namun karena kloter JKS 1 ada yang kosong akibat keterlambatan visa dan kemudian anggota JKS 4 ikut dalam penerbangan JKS 1, maka ia menjadi anggota tetap JKS 1.
"Pada saat di Makkah dan kembali ke Tanah Air, ia tetap masuk dalam JKS 1, sesuai kloter kedatangannya," kata Arsyad.
Tanazul atau kembali ke Indonesia lebih cepat atau lebih lambat, lanjut dia, hanya bisa dilakukan bila kursi dalam penerbangan masih ada.
"Jamaah akan menandatangani suatu formulir bahwa dia tidak akan menuntut bila ada pelayanan yang tidak penuhi, misalnya pelayanan di Madinah tidak terpakai karena jamaah dari gelombang kedua, memilih pulang duluan," katanya.
Lebih jauh Arsyad meminta kepada para petugas agar pada penyambutan jamaah yang akan datang ke Makkah mulai Minggu (30/8) selalu memberi sapa, salam, dan senyum (3S). Selain itu, petugas diminta memperhatikan fasilitas pemondokan (hotel) terkait ketersediaan air baik untuk minum maupun mandi dan cuci, maupun fasilitas pendukung lainnya, termasuk AC.
"Biasanya jamaah dari Madinah ke Makkah langsung umrah. Maka akan banyak jamaah mencuci kain ihram pada saat bersamaan, ketersediaan air harus jadi perhatian," kata Arsyad.
Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015
Tags: