Seoul, Korsel, (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla dalam pidatonya pada Konferensi Tingkat Tinggi Perdamaian di Seoul, Korea Selatan, mengatakan ideologi ekstrem dapat merusak perdamaian di suatu kawasan.

"Harmoni atau konflik dapat menjadi buruk jika terdapat ideologi ekstrem di kawasan itu," kata Wapres di Hotel Grand Intercontinental, Seoul, Jumat siang.

JK mendapat undangan untuk menjadi pembicara utama dalam konferensi yang diselenggarakan oleh Federasi Perdamaian Universal pada 28 Agustus 2015.

Wapres mengatakan konflik di sejumlah wilayah di dunia tidak dapat mudah diselesaikan karena beberapa upaya penyelesaiannya menggunakan kekerasan maupun senjata.

Terkait Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), Wapres mengatakan gerakan itu hadir akibat kekosongan pemerintahan di sejumlah negara Timur Tengah sehingga kelompok radikal mencoba menguasai kepemimpinan.

"Apa yang terjadi, kenapa ISIS menghancurkan negara itu, ada alasannya. Masalah ekonomi, sosial dan sumber daya alam adalah satu hal yang biasa menjadi isu utama dalam konflik dunia," kata JK, sapaan akrab Wapres Jusuf Kalla.

JK mengatakan hal yang dibutuhkan adalah melakukan harmonisasi kepada sesama manusia dan negara untuk menghindari konflik bersenjata.

"Tanpa harmoni, suatu negara mudah dihancurkan, dan itulah yang memicu perang. Perang adalah akhir perdamaian, sama seperti perdamaian adalah akhir dari peperangan. Namun perdamaian tetap lebih baik dari perang," kata Wapres.

JK menegaskan perang menyebabkan masyarakat menderita khususnya perempuan dan anak-anak.

"Karena tanpa harmoni dapat menyebabkan peperangan sehingga dapat menyebabkan kemiskinan dan ketidakharmonisan. Saya harap kedamaian dan harmoni menjadi tujuan bersama," jelas Wapres.

Dalam kunjungannya ke Seoul, Wapres juga melakukan pertemuan dengan sejumlah pengusaha asal "Negeri Ginseng" untuk mendorong investasi mereka di Indonesia.

Sejumlah perusahaan Korsel yang telah diterima oleh JK antara lain Posco, Hyosung, Hanwha, LSIS, Green Cross, Samsung Electronics, Kepco.

Selain itu, Wapres juga telah menemui Perdana Menteri Korsel Hwang Kyo-ahn dan menerima Menteri Perdagangan, Industri serta Energi Yoon Sang-jik membahas potensi investasi dan peningkatan kuota tenaga kerja Indonesia di "Negeri Ginseng".