Komputer dan laptop merupakan produk yang ikut terkena imbas dari penguatan dolar Amerika Serikat terhadap rupiah. Ini dipicu devaluasi yuan China alias Tiongkok terhadap dolar Amerika Serikat yang berujung pada gejolak ekonomi.
Meta dari toko Ferdy Computer, di Mall Ambasador, Jakarta, menyebutkan, salah satu contohnya produk Intel Core I3 340 yang semula seharga Rp5,7 juta melonjak naik menjadi Rp6,3 juta saat nilai tukar dolar terhadap rupiah naik menjadi Rp13.800.
"Dalam waktu sekitar dua pekan, harga bisa naik sampai satu juta. Ini cukup drastis dan mungkin masih bisa naik lagi kalau dolar terus menguat," kata Meta kepada www.antaranews.com, di Jakarta, Kamis.
Ia menambahkan ada sejumlah pelanggan yang memilih menunda untuk merakit komputer karena lonjakan harga yang drastis.
"Mereka minta turun (harganya), tetapi itu tidak mungkin. Akhirnya ditunda," ujar Meta.
Harga ponsel juga ikut terkena imbas atas kenaikan nilai tukar dolar. Salah satu penjual, Lily dari Toko Sinyen Cellular Mall Ambassador Jakarta mengungkapkan harga komponen ponsel naik cukup drastis.
"Kalau ponsel hampir semua merek naik sekitar Rp200.000 sampai Rp300.000. Tetapi yang paling terasa naik drastis itu harga komponen handphone misalnya LCD," tutur Lily.
Menurut Lily, kenaikan harga komponen ponsel bisa mencapai dua kali lipat dari harga normal, bahkan lebih.
"Misal harga LCD biasanya Rp400.000, sekarang bisa menjadi Rp800.000. Pelanggan pasti mengeluh tetapi bagaimana lagi," kata Lily.
Kenaikan harga juga terjadi pada kamera. Iyan dari toko kamera Aperture di Mall Ambasador, Jakarta, mengatakan, harga kamera cenderung mengikuti nilai tukar dolar terhadap rupiah.
"Harga kamera otomatis naik saat dolar menguat. Tetapi bisa turun juga kalau dolar melemah meskipun turunnya harga pelan-pelan," kata Iyan. "Misal harga Canon tipe 750 yang tadinya Rp8 juta, sekarang sudah di atas Rp9 juta," ungkap Iyan. Harganya naik 12,5 persen.
Meskipun begitu, kata Iyan, pembeli di tokonya tidak menurun drastis.
"Kalau kamera beda, pembeli biasanya datang sesuai kebutuhan. Kalau dia perlu, pasti beli meskipun harga naik," ujarnya.
Tidak hanya pada produk komputer, laptop, atau gadget, tetapi imbas penguatan dolar juga berimbas di dunia kontraktor.
Salah satu kontraktor, Hasan Ashibli, mengatakan, harga material ikut naik mengikuti kenaikan nilai tukar dolar.
Ia memberi contoh harga semen yang biasanya Rp52.000 per 40 kilogram saat ini naik menjadi Rp58.000.
"Di dunia kontraktor juga lesu. Saat dolar Rp13.800 terhadap rupiah saja kami sudah teriak. Karena pemilik khan sudah tidak mau tahu. Anggaran sesuai kontrak awal, tetapi material terus naik. Akibatnya kami dari kontraktor bisa malah tidak bisa untung," jelas dia.
"Bahkan terburuknya, bukan hanya keuntungan yang turun tetapi dananya hanya mampu menutupi proyek sampai selesai. Mau tidak mau," katanya.