Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Indonesia Faisal Basri mengatakan kecenderungan pasar mobil listrik akan berkaitan erat dengan harga minyak dunia.

Menurutnya, jika harga minyak dunia melambung tinggi maka mobil listrik bisa digenjot produksinya. Namun jika harga minyak dunia murah maka masyarakat akan tetap menggunakan mobil konvensional.

"Jika harga bahan bakar minyak (BBM) mahal, masyarakat akan memilih mobil listrik, karena harga operasional menggunakan BBM lebih mahal," kata Faisal Basri di usai menghadiri seminar "Future Mobility" di Gaikindo Indonesia International Auto Show 2015, Tangerang, Banten, Selasa.

"Jika harga minyak di bawah 50 dolar AS (murah), masyarakat akan berpikir: buat apa menggunakan mobil listrik jika bensin lebih murah?" ucap Faisal Basri.

Selain itu, mahalnya biaya produksi dan pembangunan infrastruktur pelengkap mobil listrik masih menjadi kendala untuk mengembangkan kendaraan tanpa emisi tersebut.

"Kendaraan listrik itu mahal karena volumenya kecil. Biaya operasinya mahal karena infrastruktur isi energi belum banyak tersedia," katanya.

"Terkait dengan kecenderungan pasar, seperti di Inggris, yang mengurangi energi terbarukan akibat harga minyak dunia turun. Jika tetap menggunakan mobil ramah lingkungan maka ongkos produksinya akan naik," kata Faisal Basri.